Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah desa di DI Yogyakarta yang sebagian besar keluarga menggunakan bahan bakar lainnya untuk memasak sebanyak 3 desa pada tahun 2024.
Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 50% dibandingkan tahun 2021 yang hanya 2 desa. Namun, jika dibandingkan dengan tahun 2018, terjadi penurunan signifikan sebesar 95,16% dari 62 desa. Data historis menunjukkan fluktuasi, dengan penurunan tajam dari 62 desa pada 2018 menjadi 2 desa pada 2021, diikuti kenaikan menjadi 3 desa di 2024.
(Baca: Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas dengan Status Pekerjaan Bekerja di Perdesaan dan Perkotaan Periode 2013-2024)
Rata-rata jumlah desa yang menggunakan bahan bakar lainnya dalam tiga tahun terakhir (2018, 2021, 2024) adalah 22.33 desa. Kondisi tahun 2024 (3 desa) jauh di bawah rata-rata ini, menunjukkan penurunan signifikan dalam penggunaan bahan bakar lainnya dalam memasak dibandingkan periode sebelumnya.
Peringkat DI Yogyakarta dalam penggunaan bahan bakar lainnya untuk memasak di tingkat pulau (Jawa) adalah 4 pada tahun 2024, sama dengan tahun 2018, namun turun satu peringkat dari tahun 2021. Sementara itu, peringkat secara nasional adalah 8, naik signifikan dari peringkat 25 pada tahun 2021. Kenaikan tertinggi pernah terjadi di tahun 2021 dengan pertumbuhan -96.77%, sedangkan kenaikan terendah terjadi di tahun 2024 dengan pertumbuhan 50%.
Di Pulau Jawa, DI Yogyakarta berada di bawah Jawa Timur yang memiliki 8 desa dengan peringkat 3. Secara nasional, DI Yogyakarta masih jauh tertinggal dari provinsi lain di luar Jawa yang memiliki jumlah desa yang lebih sedikit menggunakan bahan bakar lain untuk memasak.
Jawa Timur
Dengan jumlah 8 desa, Jawa Timur menempati peringkat ke-3 di Pulau Jawa. Terjadi penurunan turun 55.56%, menjadikan Jawa Timur daerah dengan persentase penurunan tertinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Meski begitu, peringkat Jawa Timur masih lebih baik dibandingkan DI Yogyakarta.
(Baca: Statistik Jumlah Siswa SMK Kurang dari 16 Tahun Periode 2017-2024)
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur mencatatkan nilai 5 desa, menjadi yang tertinggi di antara provinsi-provinsi di Nusa Tenggara dan Bali. Walaupun menempati posisi pertama di wilayahnya, terjadi penurunan yang cukup besar turun 86.49% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan perubahan signifikan dalam penggunaan bahan bakar untuk memasak di wilayah tersebut.
Sulawesi Barat
Sulawesi Barat memiliki 4 desa yang sebagian besar keluarganya menggunakan bahan bakar lain untuk memasak. Provinsi ini menempati peringkat ke-3 di Pulau Sulawesi. Pertumbuhan penggunaan bahan bakar lain mengalami penurunan tajam turun 87.88% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kalimantan Utara
Kalimantan Utara menduduki peringkat pertama di Pulau Kalimantan dengan hanya 2 desa yang sebagian besar keluarganya menggunakan bahan bakar lain. Walaupun memiliki peringkat yang baik di pulau Kalimantan, namun terjadi penurunan penggunaan bahan bakar lain turun 71.43% dibandingkan tahun sebelumnya. Data ini menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga di Kalimantan Utara sudah menggunakan bahan bakar yang lebih umum.
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat juga memiliki 2 desa yang sebagian besar keluarganya menggunakan bahan bakar lain, setara dengan Kalimantan Utara. Terjadi penurunan yang signifikan turun 75% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini sejalan dengan tren di Kalimantan Utara yang menunjukkan penurunan penggunaan bahan bakar lain untuk memasak.
Sumatera Barat
Sumatera Barat memiliki 2 desa yang sebagian besar menggunakan bahan bakar lain untuk memasak. Data ini sama dengan beberapa provinsi lainnya. Namun, Sumatera Barat mencatat pertumbuhan positif sebesar 100% dibandingkan tahun sebelumnya.
Jambi
Jambi memiliki 2 desa yang sebagian besar masyarakatnya menggunakan bahan bakar lain untuk memasak. Provinsi ini mencatat pertumbuhan 0% atau stagnan. Jambi memiliki ranking yang sama dengan Sumatera Barat.