Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat konsumsi protein per kapita per hari di perkotaan Provinsi Kepulauan Riau (Kep. Riau) pada tahun 2024 sebesar 67.64 gram. Data historis menunjukkan adanya fluktuasi konsumsi protein selama 11 tahun terakhir (2014-2024). Pada tahun 2024, konsumsi protein tidak mengalami pertumbuhan atau stagnan dari tahun sebelumnya.
Dibandingkan rata-rata konsumsi protein selama 3 tahun terakhir (2022-2024) yaitu 68.49 gram, konsumsi protein tahun 2024 sedikit lebih rendah dengan selisih -0.85 gram atau -1.24%. Namun, jika dibandingkan dengan rata-rata 5 tahun terakhir (2020-2024) yaitu 68.44 gram, konsumsi protein tahun 2024 juga sedikit lebih rendah dengan selisih -0.80 gram atau -1.17%. Kenaikan tertinggi konsumsi protein di Kep. Riau terjadi pada tahun 2021 sebesar 6.2% dibandingkan tahun sebelumnya, sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2023 turun 8.48%.
Pada tahun 2024, Kep. Riau menempati peringkat ke-2 untuk konsumsi protein per kapita di wilayah Sumatera. Peringkat ini sama dengan tahun sebelumnya. Secara nasional, Kep. Riau berada di peringkat ke-5. Nilai konsumsi protein Kep. Riau pada tahun 2024 sama dengan nilai konsumsi protein pada tahun 2023.
Secara historis, konsumsi protein di Kep. Riau mengalami kenaikan tertinggi pada tahun 2021 dengan pertumbuhan sebesar 6.2% dan mencapai 70.42 gram. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2023 dengan penurunan turun 8.48% menjadi 65.19 gram. Anomali terjadi pada tahun 2023 yang mengalami penurunan signifikan setelah mengalami tren kenaikan pada tahun-tahun sebelumnya.
Jika dibandingkan dengan kondisi 3 tahun terakhir, penurunan pada tahun 2023 menjadi perhatian. Hal ini menunjukkan adanya fluktuasi yang cukup signifikan dalam konsumsi protein di Kep. Riau. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan fluktuasi ini dan mencari solusi untuk menjaga stabilitas konsumsi protein masyarakat.
Nusa Tenggara Barat
Nusa Tenggara Barat menempati peringkat pertama di wilayah Nusa Tenggara dan Bali dengan nilai konsumsi protein per kapita mencapai 77.27 gram, menjadikannya yang tertinggi dibandingkan provinsi lain di pulau tersebut. Namun, jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, terjadi penurunan pertumbuhan turun 3.64%, atau penurunan nilai turun 2.92 gram. Rata-rata konsumsi protein dalam lima tahun terakhir menunjukkan angka yang cukup stabil, meskipun terdapat sedikit fluktuasi dari tahun ke tahun. Peringkat pertama di pulau ini menunjukkan bahwa Nusa Tenggara Barat memiliki tingkat konsumsi protein yang cukup tinggi dibandingkan wilayah lain di sekitarnya.
Kalimantan Selatan
Kalimantan Selatan menduduki peringkat pertama di Pulau Kalimantan dengan konsumsi protein mencapai 69.58 gram. Mengalami pertumbuhan positif sebesar 2.19%, Kalimantan Selatan menunjukkan peningkatan konsumsi protein dibandingkan tahun sebelumnya. Secara keseluruhan, data ini menunjukkan bahwa Kalimantan Selatan memiliki performa yang baik dalam hal konsumsi protein di wilayahnya. Pertumbuhan positif ini mengindikasikan adanya peningkatan kesadaran atau akses terhadap sumber protein di kalangan masyarakat Kalimantan Selatan.
Sumatera Selatan
Sumatera Selatan menduduki posisi ketiga di Pulau Sumatera dengan nilai konsumsi protein sebesar 68.23 gram, menunjukkan peningkatan yang tipis sebesar 0.43% dibandingkan tahun sebelumnya. Meskipun demikian, posisinya masih berada di bawah provinsi lain di pulau tersebut. Dibandingkan rata-rata konsumsi protein dalam lima tahun terakhir, Sumatera Selatan menunjukkan performa yang cukup stabil, namun perlu upaya lebih lanjut untuk meningkatkan konsumsi protein masyarakat agar dapat bersaing dengan provinsi lain di Sumatera. Dengan pertumbuhan yang sedikit, Sumatera Selatan menunjukkan potensi untuk terus meningkatkan konsumsi protein di masa depan.
DKI Jakarta
DKI Jakarta menempati peringkat keempat secara nasional dengan nilai konsumsi protein per kapita mencapai 68.15 gram. Namun, terjadi penurunan turun 3.54% dibandingkan tahun sebelumnya, menunjukkan adanya tantangan dalam menjaga tingkat konsumsi protein di ibu kota. Rata-rata konsumsi protein dalam lima tahun terakhir menunjukkan fluktuasi, dengan penurunan yang cukup signifikan pada tahun terakhir. Kondisi ini memerlukan perhatian khusus untuk memastikan bahwa masyarakat Jakarta tetap mendapatkan asupan protein yang cukup. Penurunan ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti perubahan pola konsumsi atau masalah ekonomi.
Kep. Riau
Kepulauan Riau menempati peringkat kelima secara nasional dengan nilai konsumsi protein sebesar 67.64 gram. Konsumsi protein di Kep. Riau stagnan atau tidak mengalami pertumbuhan dibandingkan tahun sebelumnya. Stagnansi ini perlu diperhatikan agar tidak terjadi penurunan konsumsi protein di masa mendatang. Kep. Riau perlu berupaya menjaga dan meningkatkan akses masyarakat terhadap sumber protein yang berkualitas.