Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah desa di Sulawesi Selatan yang sebagian besar keluarga menggunakan bahan bakar lainnya untuk memasak sebanyak 9 keluarga pada tahun 2024.
Data historis menunjukkan fluktuasi signifikan dalam lima tahun terakhir. Setelah tidak ada data pada tahun 2014, jumlah keluarga mencapai puncaknya pada tahun 2018 dengan 464 keluarga, melonjak drastis sebesar 5055,56% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, angka ini kemudian menurun tajam menjadi 3 keluarga pada tahun 2019, penurunan turun 99,35%. Pada tahun 2021, terjadi kenaikan signifikan kembali menjadi 59 keluarga (pertumbuhan 1866,67%), sebelum akhirnya turun kembali menjadi 9 keluarga pada tahun 2024, penurunan turun 84.75%. Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun terakhir (2019, 2021, 2024) yaitu 23.67 keluarga, maka tahun 2024 menunjukkan penurunan yang cukup signifikan. Namun jika dibandingkan dengan 5 tahun terakhir (2014, 2018, 2019, 2021, 2024), nilai 2024 tidak jauh berbeda dengan kondisi di 2014.
(Baca: Jumlah Kendaraan Bermotor Periode 2015-2023)
Pada tahun 2024, Sulawesi Selatan menempati peringkat ke-2 di tingkat pulau untuk indikator ini. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2021, di mana Sulawesi Selatan menduduki peringkat pertama. Di tingkat nasional, Sulawesi Selatan berada di peringkat ke-4.
Kenaikan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2018 (5055,56%), sementara penurunan terendah terjadi pada tahun 2019 (-99,35%). Fluktuasi ini menunjukkan ketidakstabilan penggunaan bahan bakar lain untuk memasak di desa-desa di Sulawesi Selatan.
Anomali terlihat pada tahun 2018 dengan lonjakan yang sangat tinggi, kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor seperti perubahan kebijakan, program pemerintah terkait energi, atau perubahan perilaku masyarakat dalam memilih bahan bakar untuk memasak.
(Baca: Nilai PDRB ADHB Jasa Lainnya Periode 2013-2025)
Jawa Tengah
Jawa Tengah menduduki peringkat pertama secara nasional dengan 25 keluarga yang menggunakan bahan bakar lain untuk memasak. Walaupun menduduki peringkat pertama secara nasional, Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang kurang menggembirakan yaitu hanya 8.7% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini menunjukkan bahwa Jawa Tengah memimpin dalam penggunaan bahan bakar alternatif, namun pertumbuhan di wilayah ini perlu diperhatikan lebih lanjut.
Sulawesi Utara
Dengan hanya 14 keluarga, Sulawesi Utara menempati peringkat ke-2 secara nasional. Namun, Sulawesi Utara mengalami penurunan signifikan turun 66.67% dibandingkan tahun sebelumnya. Ini mengindikasikan bahwa meskipun Sulawesi Utara berada di urutan ke-2, upaya untuk mempertahankan atau meningkatkan penggunaan bahan bakar alternatif perlu ditingkatkan.
Jawa Barat
Jawa Barat, dengan 10 keluarga, berada di peringkat ke-3 di tingkat nasional. Pertumbuhan yang cukup besar sebesar 150% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini menunjukkan bahwa Jawa Barat berhasil dalam mendorong penggunaan bahan bakar alternatif, dan upaya ini perlu terus dipertahankan.
Jawa Timur
Jawa Timur menempati posisi ke-5 secara nasional dengan 8 keluarga. Penurunan turun 55.56% dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini menunjukkan bahwa Jawa Timur perlu melakukan evaluasi dan meningkatkan upaya untuk mendorong penggunaan bahan bakar alternatif di wilayahnya.