Sebaran Tes Kanker Payudara dan Hasilnya di Indonesia 2022-2024

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes), selama 2022-2024, ada 10.840.839 perempuan usia 30-50 tahun atau 25,55% dari sasaran telah melakukan deteksi dini kanker payudara di Indonesia.

Metode pemeriksaannya melalui program Sadanis, yakni pemeriksaan payudara secara klinis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan.

Menurut sebaran provinsi, pemeriksaan tertinggi dilaporkan oleh Gorontalo yang sebesar 77,43%. Diikuti Lampung sebesar 61,44%, dan Kepulauan Riau sebesar 59,08%.

Sementara provinsi dengan cakupan deteksi dini terendah, yaitu Papua Selatan yang hanya 0,11% dan Papua Pegunungan 2,21%.

"Provinsi dengan cakupan deteksi dini yang rendah dikhawatirkan akan mengalami peningkatan angka kesakitan dan kematian akibat kanker payudara. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk meningkatkan cakupan deteksi dini di wilayah dengan cakupan yang masih rendah," tulis Kemenkes dalam laporan Profil Kesehatan Indonesia 2024.

Kemenkes juga melaporkan, pada 2024, terdapat 4.553.875 perempuan usia 30-50 tahun yang mengikuti pemeriksaan kanker payudara.

Dari jumlah itu, sebanyak 20.601 orang atau 0,45% dari total ditemukan benjolan dan sebanyak 707 orang atau 0,02% yang dicurigai kanker payudara.

Kemenkes menyebut, kanker payudara dan juga leher rahim merupakan jenis kanker terbanyak di Indonesia. Kedua jenis kanker ini memiliki angka kematian yang tinggi yang disebabkan oleh terlambatnya diagnosis dan tatalaksana.

"Hampir 70% pasien kanker dideteksi pada stadium lanjut. Hal ini sangat disayangkan, bila kanker leher rahim dapat ditemukan pada tahap sebelum terjadinya kanker (lesi prakanker) dan dapat diterapi sehingga tidak menjadi kanker," tulis Kemenkes.

(Baca: Ini Hasil Deteksi Dini Kanker Serviks Perempuan RI Melalui IVA pada 2024)