Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memproyeksikan, pasar obat dan makanan di Indonesia akan mencapai Rp4.674 triliun pada 2025, atau menyumbang 8,7% dari produk domestik bruto (PDB) nasional.
“Angka ini mengindikasikan bahwa obat dan makanan tidak hanya menjadi pilar kesehatan, tetapi juga pilar ekonomi nasional kita,” kata Kepala BPOM Taruna Ikrar dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (15/9/2025).
Berdasarkan kategorinya, pasar obat dan obat bahan alam diproyeksi kantongi nilai terbesar, yakni Rp4.388 triliun pada 2025, setara 4,73% dari PDB Indonesia.
Lalu pasar pangan olahan diperkirakan menyumbang Rp176,3 triliun atau 9,80%. Terakhir, pasar kosmetik diprediksi mencapai Rp110,2 triliun atau 6,74% terhadap PDB.
“Namun (perlindungan masyarakat) tantangannya besar, karena masih marak peredaran produk mengandung bahan berbahaya yang berisiko merusak organ, meningkatkan risiko kanker, hingga menyebabkan kematian,” kata Taruna.
Menurut Taruna, pengawasan tidak bisa hanya menyasar produk jadi, melainkan juga rantai pasok bahan baku.
“Selama bahan berbahaya mudah didapatkan, penyalahgunaan dalam produksi masih sangat mungkin terjadi. Karena itu, kita harus bergerak bersama dari hulu dengan kolaborasi lintas sektor,” katanya.
(Baca: 124 Ribu Produk Kosmetik Didaftarkan ke BPOM pada 2024, Ini Jenisnya)