Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat PDRB ADHB sektor Industri Kayu, Barang dari Kayu dan Gabus dan Barang Anyaman dari Bambu, Rotan dan Sejenisnya di Sumatera Selatan pada tahun 2024 mencapai Rp 1.058,54 miliar. Angka ini menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 3,71% dibandingkan tahun sebelumnya. Secara historis, PDRB sektor ini terus mengalami peningkatan sejak tahun 2010, dengan kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 2019 sebesar 24,44%.
Pertumbuhan PDRB sektor ini di Sumatera Selatan pada tahun 2024 lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun terakhir (2019-2023) yang mencapai 7,83%. Namun, masih lebih baik dibandingkan rata-rata pertumbuhan tiga tahun terakhir (2021-2023) yaitu 3,98%. Nilai PDRB tahun 2024 juga merupakan yang tertinggi dalam kurun waktu 15 tahun terakhir, menunjukkan potensi besar sektor ini di Sumatera Selatan.
(Baca: Nilai Tukar Rupiah Melemah ke Level Rp. 16.357,9 per Dolar AS (Jumat, 22 Agustus 2025))
Secara ranking di Pulau Sumatera, Sumatera Selatan berada di posisi ketiga pada tahun 2024, sama dengan tahun sebelumnya. Nilai PDRB Sumatera Selatan juga lebih rendah dibandingkan beberapa provinsi lain di Pulau Sumatera. Secara nasional, Sumatera Selatan berada di peringkat ke-13, naik dua peringkat dibandingkan tahun 2023.
Anomali terjadi pada tahun 2017 dan 2018 dimana PDRB sektor ini mengalami penurunan. Pada tahun 2017, PDRB turun sedikit turun 0,74% dan pada tahun 2018 penurunan semakin besar turun 2,67%. Penurunan ini cukup signifikan jika dibandingkan dengan tren positif yang terus terjadi sebelumnya. Namun, setelah tahun 2018, PDRB kembali menunjukkan tren positif dan terus meningkat hingga tahun 2024.
Kenaikan tertinggi PDRB Industri Kayu Anyaman di Sumatera Selatan terjadi pada tahun 2019 dengan pertumbuhan 24,44%, sementara kenaikan terendah terjadi pada tahun 2017 dan 2018 saat mengalami penurunan. Secara keseluruhan, sektor ini menunjukkan potensi yang baik dengan tren positif dalam jangka panjang, meskipun terdapat fluktuasi dan anomali pada beberapa tahun tertentu.
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah menduduki peringkat pertama di pulau Sulawesi dengan nilai PDRB mencapai Rp 1.779,8 miliar. Meskipun demikian, pertumbuhan ekonomi di wilayah ini hanya mencapai 1,01%, menandakan bahwa ekspansi sektor ini berjalan moderat dibandingkan dengan daerah lain. Kinerja ini menempatkan Sulawesi Tengah sebagai daerah dengan nilai PDRB tertinggi di pulau Sulawesi, namun pertumbuhan yang relatif kecil menunjukkan bahwa masih ada ruang untuk peningkatan signifikan dalam sektor ini.
(Baca: PDRB Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Periode 2013-2024)
Kalimantan Barat
Dengan nilai PDRB tercatat sebesar Rp 1.749,68 miliar, Kalimantan Barat menduduki peringkat keempat di pulau Kalimantan. Namun, wilayah ini mengalami kontraksi ekonomi dengan penurunan turun 4,33%. Dibandingkan dengan rata-rata nilai dalam beberapa tahun terakhir, angka ini menunjukkan adanya tantangan yang perlu diatasi agar sektor ini dapat kembali tumbuh positif. Meskipun memiliki nilai yang signifikan, penurunan ini memerlukan perhatian khusus untuk mengidentifikasi dan mengatasi faktor-faktor penyebabnya.
Kalimantan Tengah
Kalimantan Tengah menempati urutan kelima di pulau Kalimantan dengan nilai PDRB Rp 1.244,68 miliar. Pertumbuhan di wilayah ini cukup menggembirakan dengan angka mencapai 3,53%. Kinerja ini menunjukkan bahwa Kalimantan Tengah memiliki potensi yang cukup baik di sektor ini, dengan pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di sekitarnya. Dengan pertumbuhan ini, Kalimantan Tengah berpotensi untuk terus meningkatkan posisinya di masa depan.
DKI Jakarta
DKI Jakarta mencatatkan nilai PDRB sebesar Rp 963,85 miliar, menduduki peringkat keempat di pulau Jawa. Pertumbuhan di wilayah ini sangat kecil, hanya 0,11%. Angka ini menunjukkan bahwa sektor ini di DKI Jakarta cenderung stagnan. Meskipun memiliki infrastruktur yang maju, DKI Jakarta perlu mencari cara untuk menghidupkan kembali sektor ini agar dapat memberikan kontribusi yang lebih signifikan terhadap perekonomian wilayah.
Banten
Dengan nilai PDRB sebesar Rp 830,05 miliar, Banten berada di posisi kelima di pulau Jawa. Wilayah ini mengalami penurunan turun 0,95%. Kinerja ini menunjukkan bahwa Banten perlu melakukan evaluasi mendalam terhadap sektor ini untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang menyebabkan penurunan dan mencari solusi yang tepat. Dengan upaya yang tepat, Banten berpotensi untuk membalikkan tren negatif ini dan kembali mencatatkan pertumbuhan positif.
Kep. Riau
Kepulauan Riau mencatat nilai PDRB sebesar Rp 822,13 miliar, menempati urutan keempat di pulau Sumatera. Wilayah ini mengalami pertumbuhan yang signifikan dengan angka mencapai 11,21%. Pertumbuhan ini menunjukkan bahwa Kepulauan Riau memiliki potensi yang besar di sektor ini, dengan kinerja yang jauh lebih baik dibandingkan dengan beberapa wilayah lain di sekitarnya. Dengan pertumbuhan yang tinggi ini, Kepulauan Riau berpotensi untuk terus meningkatkan posisinya dan menjadi salah satu pusat utama industri ini di pulau Sumatera.