Alasan Pemuda "Undereducated" RI Berhenti dari Pekerjaan Sebelumnya pada 2024

Ketenagakerjaan

Lite

Akbar Ridwan 06/11/2025 10:11 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), habis kontrak menjadi alasan 27,63% pemuda Indonesia berpendidikan kurang berhenti dari pekerjaan sebelumnya pada 2024.

Alasan Pemuda* Undereducated Indonesia Berhenti dari Pekerjaan Sebelumnya (Agustus 2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Alasan Pemuda "Undereducated" RI Berhenti dari Pekerjaan Sebelumnya pada 2024

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Alasan Pemuda* Undereducated Indonesia Berhenti dari Pekerjaan Sebelumnya (Agustus 2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), selesainya kontrak menjadi alasan 27,63% pemuda Indonesia berpendidikan kurang (undereducated) berhenti bekerja dari pekerjaan sebelumnya pada 2024.

Menurut BPS, hal itu menandakan kerentanan yang cukup serius, sebab tanpa jaminan keberlanjutan, posisi mereka di pasar kerja menjadi sangat rentan.

“Begitu kontrak berakhir, pendidikan yang relatif rendah membatasi pilihan pekerjaan, sementara syarat dan kualifikasi di pasar kerja bisa saja berubah atau semakin ketat,” tulis BPS dalam laporannya.

Adapun alasan lainnya adalah pendapatan kurang, dengan persentase mencapai 19,25%. Sementara itu, 13,29% pemuda undereducated menyatakan ketidakcocokan dengan lingkungan kerja sebagai alasan berhenti kerja.

Menurut BPS, faktor ini menunjukkan pengalaman di pekerjaan sebelumnya tidak hanya mempengaruhi motivasi finansial, tapi juga membentuk preferensi terhadap kondisi lingkungan di tempat kerja.

Pola tersebut mengindikasikan pengalaman kerja di posisi yang tak sesuai mendorong mereka menaikkan ekspektasi terhadap pekerjaan selanjutnya. Alhasil, dinamika ini pada akhirnya menyingkap paradoks pasar kerja pemuda di Indonesia.

“Satu sisi diwarnai selektivitas yang menunda transisi, sisi lain ditandai fleksibilitas yang mengorbankan kualitas,” ujar BPS.

“Refleksi pentingnya, bonus demografi tidak otomatis berarti bonus produktivitas bila sebagian besar pemuda masih terjebak dalam lintasan yang timpang antara terlalu lama menunggu atau terlalu cepat menerima pekerjaan apa adanya,” imbuhnya.

Pemuda yang dimaksud BPS adalah warga Indonesia berusia 16-30 tahun, merujuk Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang Kepemudaan. Sementara undereducated adalah pekerja yang kualifikasinya lebih rendah dari yang disyaratkan.

(Baca: Kurang Lapangan Kerja, Tantangan Utama Pemuda Indonesia pada 2025)

Editor : Erlina Fury Santika