Sampai tahun 2021 PT Perusahaan Listrik Negara Persero (PLN) memiliki 6.143 unit pembangkit listrik yang menggunakan berbagai jenis bahan bakar.
Menurut laporan Statistik PLN, sepanjang 2021 pembangkit listrik PLN menggunakan bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 3,09 juta kiloliter (kl). Angka tersebut meningkat 15,76% dari tahun 2020 yang hanya 2,67 juta kl.
Pemakaian batu bara untuk bahan bakar pembangkit listrik juga meningkat 2,69% menjadi 68,47 juta ton pada 2021, dibanding tahun sebelumnya yang berjumlah 66,68 juta ton.
(Baca: Subsidi Energi RI Lampaui Rp100 Triliun/Tahun sejak 2018)
Penggunaan bahan bakar gas untuk pembangkit listrik PLN tumbuh 5,16% menjadi 397,76 ribu MMSCF pada 2021, dibanding tahun sebelumnya yang sebanyak 378,25 ribu MMSCF.
Adapun penggunaan bahan bakar biomassa melonjak 2.804% menjadi 282,62 ribu ton pada 2021, dibanding tahun sebelumnya yang hanya 9,73 ribu ton.
Lonjakan penggunaan biomassa terjadi seiring dengan diimplementasikannya teknologi co-firing atau pencampuran biomassa dengan batu bara di beberapa pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) PLN.
Biomassa yang digunakan adalah limbah serbuk dan kepingan kayu, serta solid recovered fuel (SRF) yang berasal dari sampah.
“Pengunaan teknologi co-firing di PLTU merupakan salah satu upaya kami dalam mengurangi emisi di sektor kelistrikan, di samping menambah pembangkit baru yang berasal dari energi baru terbarukan,” kata Direktur Mega Proyek dan Energi Baru Terbarukan (EBT) PLN Wiluyo Kusdwiharto dalam keterangan resminya, Rabu (30/3).
(Baca: Ini Jenis Pembangkit Listrik PLN Paling Banyak pada 2021)