Laporan The State of Mobile 2024 Report dari Data.ai menunjukkan, nilai periklanan di telepon selular (ponsel) atau smartphone konsisten meningkat selama lima tahun terakhir.
Pada 2019, nilai belanja iklan di perangkat tersebut mencapai US$190 miliar. Kemudian, nilai belanjanya naik 26,3% menjadi US$240 miliar pada 2020.
Lalu pada 2021 nilainya mencapai US$295 miliar. Meski nominalnya meningkat, persentase pertumbuhan ini turun menjadi 22,9% dari 2020.
Selanjutnya pada 2022, belanja iklan tembus menjadi US$336 miliar dengan persentase pertumbuhan sebesar 14%.
Kemudian pada 2023 nilainya dikalkulasikan mencapai US$362 miliar, tumbuh hanya 7,5% dari 2022. Adapun rerata pertumbuhan selama 5 tahun tersebut dihitung mencapai 16,2%.
Data.ai memproyeksikan, nilai belanja iklan seluler pada 2024 mencapai US$402 miliar atau tumbuh 11% dari 2023.
Tim riset memberi 'peringatan' bahwa perangkat seluler bakal terus mengambil bagian yang lebih besar dalam dompet periklanan karena semakin banyak waktu yang dihabiskan dalam aplikasi smartphone dibandingkan sebelumnya. Tim riset bahkan menghitung, total jam kerja akan mencapai 5,1 triliun jam pada 2022 melalui ponsel Android.
Ke depan, pertumbuhan belanja iklan akan resilien sedikit dari pertumbuhan yang melambat pada 2023, meskipun pertumbuhan tersebut akan tetap di bawah tingkat yang terlihat antara 2019 dan 2022, menurut tim riset.
Periklanan selular bisa tumbuh di platform mana pun. Namun, tim menyoroti tingginya ketertarikan pengguna smartphone terhadap platform video streaming.
"YouTube dan TikTok terus mendapatkan perhatian konsumen dan melampaui jejaring sosial, terlihat dari rata-rata waktu yang dihabiskan per pengguna," tulis tim riset.
(Baca juga: Aplikasi Keuangan Terbanyak Diunduh di Indonesia 2023, Pinjaman Teratas)