Sebagian orang optimistis bahwa teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bisa membantu pekerjaan mereka sehari-hari.
Namun, ada pula sebagian orang yang memandang AI secara pesimistis, karena merasa kehadiran AI berisiko menimbulkan ancaman di masa depan.
Adapun menurut survei Ipsos, mayoritas atau 78% responden Indonesia menilai bahwa AI membawa lebih banyak manfaat ketimbang kerugian. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai negara paling optimistis akan teknologi tersebut.
Di peringkat kedua ada Thailand, dengan 74% responden yang setuju bahwa AI memberi lebih banyak manfaat, diikuti Meksiko, Malaysia, Peru, Turki, Kolombia, India, dan Brasil dengan persentase seperti terlihat pada grafik.
(Baca: Deretan Aplikasi AI Paling Banyak Digunakan di Indonesia, ChatGPT Teratas)
Di sisi lain, Amerika Serikat dan Prancis menjadi negara dengan optimisme paling rendah terhadap AI. Di kedua negara tersebut, hanya ada 37% responden yang merasa AI punya lebih banyak manfaat ketimbang mudarat.
Tingkat optimisme rendah juga ditemukan di Kanada dan Swedia dengan proporsi berturut-turut 38% dan 39%.
Survei Ipsos juga menemukan, responden yang paling optimistis akan manfaat AI secara global mayoritasnya berasal dari kelompok usia generasi Z (62%), laki-laki (58%), berpendidikan tinggi (58%), berpendapatan tinggi (60%), dan berstatus pekerja (57%).
Survei ini melibatkan 22.816 responden yang tersebar di 31 negara pada periode 26 Mei-9 Juni 2023. Di Indonesia, responden yang dipilih berusia 21-74 tahun dengan karakteristik lebih urban, terdidik, dan sejahtera dibandingkan populasi pada umumnya.
(Baca: Tiongkok Jadi Negara Terdepan dalam Riset AI, Lampaui AS dan Eropa)