Pada tahun 2023, dolar Singapura (SGD) menjadi mata uang asing yang paling banyak diperjualbelikan oleh pedagang valuta asing (valas) atau money changer non-bank di Indonesia.
Hal ini terlihat dari laporan Statistik Lembaga Keuangan 2023 yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS).
Menurut BPS, dari 595 perusahaan money changer non-bank yang disurvei, secara rata-rata mereka melayani transaksi jual dan beli SGD senilai Rp381,29 miliar per perusahaan sepanjang 2023.
Angka itu terdiri dari transaksi jual SGD senilai Rp190,28 miliar, dan transaksi beli SGD senilai Rp190,02 miliar per perusahaan.
Porsi transaksi jual dan beli SGD ini mencapai 48,67% atau hampir separuh dari total transaksi valas di money changer non-bank, yang rata-ratanya Rp783,46 miliar per perusahaan.
Nilai tersebut juga merupakan yang terbesar dibanding transaksi mata uang asing lainnya.
Dolar Amerika Serikat (USD) menempati urutan kedua, dengan rata-rata transaksi jual dan beli yang dilayani senilai Rp280,68 miliar per perusahaan (35,83%).
Rinciannya, transaksi jual USD senilai Rp141,48 miliar, dan transaksi beli USD senilai Rp139,2 miliar per perusahaan.
Selanjutnya ada mata uang ringgit Malaysia (MYR), dolar Australia (AUD), dan euro (EUR) dengan rata-rata nilai transaksi seperti terlihat pada grafik.
Adapun dari 595 money changer yang disurvei, mereka rata-rata memperoleh pendapatan Rp39,58 miliar per perusahaan pada 2023, dengan rata-rata laba bersih Rp38,49 miliar per perusahaan.
(Baca: Dolar AS Digdaya, Mata Uang Regional Asia Melemah Sepanjang 2024)