Kinerja keuangan yang buruk pada 2020 masih menghantui investor untuk mengoleksi saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Alhasil, harga saham perusahaan milik pemerintah di sektor properti tersebut kian terpuruk.
Pada perdagangan, Senin, 23 Agustus 2021, harga saham pelat merah yang memiliki kode transaksi WIKA ditutup naik Rp 65 (7,65%) ke posisi Rp 915 per saham dari penutupan akhir pekan lalu di Rp 850 per saham.
Namun, jika dibandingkan dengan posisi tertingginya tahun ini di Rp 2.360 per saham (15 Januari 2021), harga saham WIKA sudah merosot 61,23%. Jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun lalu, saham perusahaan konstruksi tersebut juga jatuh sebesar 53,93% (year to date/ytd).
Berdasarkan laporan keuangan emiten, laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk WIKA anjlok 91,87% menjadi hanya Rp 187,77 miliar pada 2020 dari Rp 2,28 triliun pada 2019. Dengan turunnya laba perusahaan, maka laba bersih per sahamnya juga menyusut menjadi hanya Rp 20,71 per saham dibanding tahun sebelumnya Rp 254,74 per saham.
Turunnya pendapatan bersih sebesar 39,23% menjadi hanya Rp 16,54 triliun pada 2020 dari tahun sebelumnya yang dibarengi dengan meningkatnya beban-beban membuat keuntungan WIKA tergerus tajam di masa pandemi Covid-19.
Sebagai informasi, kepemilikan pemerintah di WIKA mencapai 5,83 miliar (65,04%) saham seri B dan 1 saham Dwi Warna Seri A dari total 8,97 miliar saham yang dicatatkan di Bursa Efek Indonesia.