Laporan State of Mobile 2025 dari Sensor Tower mengungkap, unduhan aplikasi jejaring sosial, yakni media sosial dan pesan sosial (social messaging), meningkat signifikan di Indonesia pada 2024.
Pada tahun lalu, volume unduhan sebanyak 534 juta kali, naik 35,5% dari periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).
Secara tren empat tahunan, volume unduhan aplikasi sosial sempat turun pada dua tahun beruntun.
Tercatat, pada 2021 sebanyak 519 juta unduhan, turun 11% (yoy) menjadi 462 juta unduhan pada 2022. Angkanya turun lagi sebesar 14,7% (yoy) menjadi 394 juta unduhan pada 2023.
Tim riset menyebut, pengguna ponsel iOS dan Android menghabiskan total tiga triliun jam di aplikasi media sosial dan pesan sosial sepanjang 2024, naik 6% (yoy) dari 2023 yang sebanyak 2,8 triliun jam.
"India menjadi salah satu kontributor utama pertumbuhan ini, dengan waktu penggunaan aplikasi sosial di negara tersebut naik 16% secara tahunan (yoy)," tulis Sensor Tower, dikutip pada Selasa (20/5/2025).
Aplikasi sosial juga mulai mendiversifikasi strategi monetisasi mereka, menurut Sensor Tower. Jika sebelumnya raksasa media sosial sangat bergantung pada iklan sebagai sumber pendapatan utama, kini aplikasi media sosial bisa menggaet untung dari fitur pembelian atau in-app purchases (IAP).
"Kesuksesan TikTok dengan pembelian dalam aplikasi (in-app purchases/IAP) mendorong aplikasi lain seperti Instagram dan Snapchat untuk menambahkan fitur IAP sebagai sumber pendapatan tambahan—terutama karena regulasi baru membuat pasar periklanan semakin menantang," tulis Sensor Tower.
Tim riset menambahkan, jumlah unduhan tetap tinggi meski pasar relatif stabil. Namun, tetap ada peluang bagi pemain baru untuk masuk.
"Misalnya, perubahan besar di platform X (Twitter) setelah diakuisisi oleh Elon Musk membuka ruang bagi beberapa aplikasi mikroblogging baru untuk hadir di pasar," tulis Sensor Tower.
(Baca juga: Ini Media Sosial Terpopuler di Dunia pada Pertengahan 2025)