Energi surya menjadi andalan banyak negara untuk mitigasi atau mengurangi risiko perubahan iklim. Hal ini tercatat dalam laporan terbaru United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) yang dirilis akhir Oktober 2022.
Menurut laporan UNFCCC, sampai akhir Oktober 2022 sudah ada 166 negara yang memperbarui Nationally Determined Contributions (NDCs). NDCs adalah komitmen negara-negara untuk mengurangi emisi karbon dan beradaptasi dengan perubahan iklim.
Dari seluruh NDCs baru tersebut, mayoritasnya atau 49% menyatakan komitmen untuk mengembangkan pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) fotovoltaik sampai 2030. Hal ini dilakukan untuk mengurangi emisi karbon dari sektor energi yang selama ini bergantung pada bahan bakar fosil.
Sedangkan yang berkomitmen mengembangkan pemanfaatan energi angin, panas bumi, dan nuklir proporsinya lebih sedikit, seperti terlihat pada grafik di atas.
Kondisi ini sejalan dengan proyeksi International Energy Agency (IEA) yang menyatakan energi surya akan menjadi penopang utama pembangkit listrik dunia pada 2030.
Berdasarkan data IEA, pada 2021 kapasitas terpasang PLTS fotovoltaik di seluruh dunia sudah mencapai 892 gigawatt (GW). Kemudian berdasarkan kebijakan negara-negara yang berlaku sampai Oktober 2022 (stated policies scenario), kapasitas PLTS fotovoltaik global akan ditingkatkan hingga mencapai 3.020 GW pada 2030, jauh melampaui pembangkit energi jenis lainnya.
Menurut IEA, energi surya menjadi andalan banyak negara karena teknologi pemanfaatannya relatif murah.
"Harga modul fotovoltaik sudah turun 80% selama satu dekade terakhir berkat inovasi berkelanjutan di seluruh rantai pasokan. Energi surya fotovoltaik telah menjadi teknologi pembangkit listrik yang paling terjangkau di banyak wilayah," kata IEA dalam laporan World Energy Outlook edisi Oktober 2022.
Dalam NDCs terbaru, pemerintah Indonesia juga menyatakan komitmen untuk meningkatkan pemanfaatan energi surya sampai 2030. Namun, NDCs terbaru Indonesia belum merinci besaran target kapasitas terpasang PLTS yang akan dibangun.
(Baca: IEA: Energi Surya Dominasi Pembangkit Listrik Global pada 2030)