Kementerian Kesehatan melaporkan ada 14 kasus yang dapat diduga sebagai hepatitis akut di Indonesia per 17 Mei 2022. Mayoritas atau sebanyak 7 kasus penyakit ini menyerang anak berusia di bawah 5 tahun.
Kemudian, anak usia 11-16 tahun yang diduga mengalami hepatitis akut di dalam negeri sebanyak 5 kasus. Berikutnya, ada 2 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia yang dialami oleh anak berusia 6-10 tahun.
Dari 14 pasien tersebut, 6 pasien di antaranya meninggal dunia. Secara rinci, kasus meninggal anak berusia 2 bulan, 8 bulan, 9 bulan, 1 tahun, 8 tahun, dan 14 bulan. Sementara itu, sebanyak masing-masing 4 pasien masih dirawat dan dipulangkan atau sembuh.
Direktur Utama Rumah Sakit Penyakit Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso Mohammad Syahril mengatakan, gejala kasus diduga hepatitis akut yang ada di Indonesia dan Inggris sedikit berbeda. Di Inggris, mayoritas gejalanya jundice atau kuning dan muntah. Kemudian disusul perubahan warna feses, lethargy, diare akut, nyeri bagian perut, mual, demam, dan gejala pernapasan.
Sementara di Indonesia, gejala paling menonjol adalah demam dan hilang nafsu makan. Diikuti oleh muntah, mual, jaundice, perubahan warna urin, nyeri bagian perut, diare akut, lethargy, myalgia, sesak napas, perubahan warna feses, dan gatal.
Untuk mencegah penularan hepatitis akut pada anak, Ikatan Dokter Indonesia (IDAI) mengimbau agar masyarakat melakukan pencegahan. Di antaranya yakni dengan mencuci tangan, konsumsi serta minum air bersih dan matang, membuang tinja atau popok sekali pakai pada tempatnya.
Selain itu, pencegahan juga dapat dilakukan dengan menggunakan alat makan sendiri-sendiri. Kemudian, penggunaan masker dan menjaga jarak.
(Baca: Berapa Banyak Anak yang Sudah Divaksin Hepatitis?)