Setelah 10 tahun menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo resmi lengser pada Selasa (5/9/2023). Dalam pidato perpisahannya, Ganjar mengakui upaya pengentasan kemiskinan di wilayahnya belum mencapai target.
"Target angka kemiskinan, kami sadari belum tercapai, tapi hasilnya penurunan yang tertinggi, dan juga indeks kebahagiaan karena kebahagiaan tidak bisa dibeli," kata Ganjar dalam pidato perpisahannya di GOR Jatidiri, Semarang, Selasa (5/9/2023).
(Baca: Cek Data: Kemiskinan Jakarta Meningkat di Era Anies?)
Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Jawa Tengah Tahun 2018-2023, Ganjar menargetkan angka kemiskinan di wilayahnya bisa turun ke kisaran 7,48% sampai 6,48% pada 2023.
Namun, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), sampai Maret 2023 angka kemiskinan di Jawa Tengah belum berhasil tembus ke bawah 10%.
Kendati masih jauh dari target yang diharapkan, angka kemiskinan Jawa Tengah selama dipimpin Ganjar tercatat berkurang.
Pada Maret 2013 Jawa Tengah masih memiliki sekitar 4,73 juta penduduk miskin. Proporsinya mencapai 14,56% dari total penduduk di provinsi tersebut.
Kemudian pada Maret 2023 jumlah penduduk miskinnya menjadi sekitar 3,79 juta orang, dengan proporsi 10,77% dari total penduduk.
Artinya, dalam satu dekade kepemimpinan Ganjar, jumlah penduduk miskin di Jawa Tengah sudah berkurang sekitar 941 ribu orang.
Persentase kemiskinannya juga turun, meski sempat naik saat pandemi Covid-19 periode Maret 2020-Maret 2021, seperti terlihat pada grafik.
Adapun Garis Kemiskinan di Jawa Tengah pada Maret 2023 terbilang cukup rendah. Penduduk Jawa Tengah sudah tidak masuk kategori miskin apabila memiliki pengeluaran minimum Rp477.580 per kapita per bulan.
(Baca: Ini Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi Awal 2023)