Data Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, Singapura menjadi pemasok minyak bumi, yang dapat diolah menjadi bahan bakar minyak (BBM), terbesar ke Indonesia.
Selama enam tahun terakhir, volume impor minyak bumi dari Singapura selalu di atas 10 juta ton setiap tahun.
Pada 2017, kirimannya sebesar 15,84 juta ton. Nilai impor yang dituai sebesar US$8,6 miliar.
Setahun berikutnya, volume impor minyak bumi naik signifikan menjadi 17,85 juta ton. Nilainya menjadi US$11,85 miliar.
Namun tahun-tahun berikutnya justru menurun, seperti terlihat pada grafik. Adapun data terakhir pada 2022 mencapai 10,94 juta ton, naik dari 2021, dengan nilai US$10,38 miliar.
(Baca juga: 10 Negara dengan Kontribusi Impor Terbesar ke RI per Agustus 2024)
Melansir Katadata, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia mengaku bingung dengan Singapura yang menjadi negara pemasok 60% impor bahan bakar minyak atau BBM untuk Indonesia.
"Singapura tidak punya minyak, tapi dia bisa impor ke Republik Indonesia 60%. Ini saya tidak mengerti teorinya dari mana," kata Bahlil di Jakarta, dikutip dari Antara pada Kamis (12/12/2024).
Melihat kondisi ini, Bahlil menyebut Indonesia akan membuat fasilitas penyimpanan cadangan minyak atau storage di sebuah pulau yang berdekatan dengan Singapura. Ini bertujuan agar Indonesia bisa segera mencapai kedaulatan energi, seperti yang ditargetkan oleh Presiden Prabowo.
"Kita akan bangun storage di satu pulau yang berdekatan dengan Singapura, kemampuan penyimpanan (storage) kurang lebih sekitar 30-40 hari," ujarnya.
Bahlil menyatakan, fasilitas penyimpanan itu bisa menampung berbagai jenis minyak, dan nantinya Pertamina bisa membeli dengan harga yang murah.
(Baca Katadata: Bahlil Bingung RI Impor 60% BBM dari Singapura yang Tak Punya Minyak)