Realisasi investasi di sektor energi baru terbarukan (EBT) Indonesia turun pada 2023.
Di sisi lain, investasi untuk minyak dan gas bumi (migas) serta mineral dan batu bara (minerba) meningkat.
Menurut laporan Kementerian ESDM, sepanjang 2023 realisasi investasi EBT hanya US$1,5 miliar, berkurang 6,3% dibanding 2022 (year-on-year/yoy).
Angkanya jauh di bawah realisasi investasi migas yang naik 12,2% (yoy) jadi US$15,6 miliar, ataupun investasi minerba yang melonjak 31,1% (yoy) jadi US$7,46 miliar.
(Baca: Bauran EBT Indonesia Naik pada 2023, tapi Tak Capai Target)
Menurut Institute for Essential Services Reform (IESR), angka investasi EBT ini juga sangat kecil dibanding proyeksi kebutuhannya.
IESR mengestimasikan, supaya bisa mencapai target bauran EBT 23% pada 2025, idealnya Indonesia butuh realisasi investasi EBT rata-rata US$8 miliar per tahun.
"Investasi sangat penting untuk mencapai tujuan transisi energi. Namun, Indonesia menghadapi tantangan dalam memobilisasi investasi," tulis tim IESR dalam laporan Indonesia Energy Transition Outlook 2023.
Menurut IESR ada berbagai hal yang menghambat pertumbuhan investasi EBT di Indonesia, seperti regulasi yang tidak konsisten, masalah pengadaan tanah, sampai hambatan perizinan.
(Baca: Meski Ada Transisi Energi, Kebutuhan Batu Bara RI Meningkat sampai 2030)