Ekonomi Papua yang diukur berdasarkan produk domestik regional bruto (PDRB) atas dasar harga konstan (ADHK) 2010 yang ditopang sektor pertambangan dan penggalian tumbuh 14,54% menjadi Rp 40,33 triliun pada kuartal III-2021 dibanding kuartal III-2020 (year on year/yoy).
Jika tanpa memasukkan dukungan sektor pertambangan dan penggalian, PDRB ADHK provinsi tersebut hanya tumbuh 2,42% menjadi Rp 23,62 triliun pada kuartal ketiga tahun ini (yoy).
Sektor pertambangan dan penggalian mencatat pertumbuhan tertinggi pada kuartal III-2021, yakni mencapai 37,56% (yoy) menjadi Rp 16,7 triliun. Diikuti sektor perdagangan besar dan eceran serta reparasi mobil dan motor yang tumbuh 9,3% (YoY) menjadi Rp 3,58 triliun.
Sektor pertambangan dan penggalian menjadi penopang perekonomian Papua terbesar, yakni mencapai 37,8% dari total PDRB. Sektor pertambangan juga menjadi sumber pertumbuhan terbesar perekonomian provinsi Indonesia yang paling timur tersebut, yakni mencapai 12,95%.
Sementara pertumbuhan PDRB Papua menurut pengeluaran, komponen ekspor luar negeri mencatat pertumbuhan tertinggi sebesar 149,86% (yoy) pada kuartal III-2021. Dengan demikian, impor luar negeri (yang menjadi pengurang PDRB) tumbuh 117,49% (yoy).
Kemudian, komponen pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal III tahun ini tumbuh 43.55% (yoy). Pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga (LNPRT) tumbuh 7,44% (yoy) serta komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga juga tumbuh 1,39% (YoY). Sedangkan, komponen konsumsi pemerintah mengalami kontraksi 3,86% (YoY).
(baca: Ditopang Pertambangan, Ekonomi Papua Tumbuh 13,14% pada Kuartal II-2021)