Selama periode Januari-Juni 2024 terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK) di pabrik tekstil.
Hal ini diungkapkan Ristadi, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN).
>
"Kurang lebih dari periode Januari sampai awal Juni 2024 sekitar 13.800 [buruh tekstil di-PHK]," kata Ristadi, dikutip dari CNNIndonesia.com, Selasa (11/6/2024).
Ristadi menyatakan kasus PHK ini tersebar di pabrik-pabrik wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah, dan umumnya dipicu pesanan yang lesu.
"Perusahaan ada order, jalan, [kalau] enggak, tutup lagi. Kalau lama-lama begini cash flow perusahaan enggak akan kuat dan tutup juga," ujarnya.
(Baca: Indeks Manufaktur RI Turun Mei 2024, Ada Tanda Memburuk)
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kinerja ekspor industri tekstil memang cenderung melemah awal tahun ini.
Pada kuartal I 2024 nilai ekspor industri tekstil nasional mencapai US$913,84 juta, turun 2,14% dibanding kuartal I tahun lalu (year-on-year/yoy).
Namun, penurunan kinerja tidak terjadi secara merata di semua subsektornya.
Subsektor industri tekstil yang melemah pada kuartal I 2024 hanya industri benang pintal, kain tenunan, dan barang tekstil lainnya.
Sementara subsektor industri serat stapel buatan, serat/benang/strip filamen buatan, kain rajutan, serat tekstil, kain sulaman/bordir, dan sutra nilai ekspornya justru menguat.
Berikut rincian pertumbuhan subsektor industri tekstil pada kuartal I 2024, dipisahkan antara yang melemah dan menguat:
Nilai ekspor melemah:
- Benang pintal: turun 12,89% (yoy)
- Kain tenunan: turun 9,11% (yoy)
- Barang tekstil lainnya: turun 7,3% (yoy)
Nilai ekspor menguat:
- Serat stapel buatan: naik 15,05% (yoy)
- Serat/benang/strip filamen buatan: naik 15,26% (yoy)
- Kain rajutan: naik 29,22% (yoy)
- Serat tekstil: naik 5,99% (yoy)
- Kain sulaman/bordir: naik 16,8% (yoy)
- Sutra: naik 186,53% (yoy)
(Baca: Ekspor Industri Tekstil Turun pada 2023, Rekor Terendah Baru)