Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mengalami inflasi bulanan 0,30% pada November 2024 (month-to-month/mtm).
Plt. Kepala BPS Amalia Adinigggar Widyasanti menjelaskan, inflasi bulanan tersebut lebih tinggi dibanding Oktober 2024 yang lajunya 0,08% (mtm).
"Kelompok pengeluaran penyumbang inflasi bulanan terbesar adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan inflasi sebesar 0,78% (mtm) dan memberikan andil inflasi 0,22%," kata Amalia dalam konferensi pers secara daring, Senin (2/12/2024).
Berdasarkan komoditasnya, bawang merah dan tomat menjadi penyumbang andil inflasi bulanan terbesar pada November 2024, masing-masing 0,10%. Lalu diikuti emas perhiasan dengan andil 0,04%.
"Komoditas emas perhiasan terus mengalami inflasi selama 15 bulan terakhir," kata Amalia.
Kemudian komoditas daging ayam ras dan minyak goreng sama-sama memberikan andil inflasi 0,03%.
Di samping itu, terdapat pula komoditas yang memberi andil deflasi atau penurunan harga secara bulanan, yaitu cabai rawit -0,03%, beras -0,02%, serta kentang dan cabai merah masing-masing -0,01%.
Pada November 2024 inflasi bulanan terjadi di 33 provinsi, sedangkan 5 provinsi lainnya mengalami deflasi bulanan.
Inflasi bulanan tertinggi terjadi di Provinsi Papua yaitu 1,41% (mtm). Sedangkan deflasi bulanan terdalam terjadi di Provinsi Sulawesi Barat sebesar -0,17% (mtm).
(Baca: Rata-rata Biaya Kuliah di Indonesia Naik 50% selama 2014-2023)