Menurut laporan Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi di bidang hilirisasi mencapai Rp272,91 triliun selama Januari-September 2024. Capaian ini setara 21,6% dari total realisasi investasi nasional.
Sampai September 2024, investasi hilirisasi paling banyak masuk ke sektor mineral, yakni Rp170,78 triliun.
Investasi itu terbagi untuk smelter nikel Rp113,77 triliun, smelter tembaga Rp45,72 triliun, smelter bauksit Rp10,79 triliun, dan smelter timah Rp0,5 triliun.
Berikutnya ada investasi hilirisasi sektor pertanian, khususnya industri crude palm oil (CPO) dan oleokimia, senilai Rp44,09 triliun.
Kemudian investasi hilirisasi sektor kehutanan, khususnya industri pulp dan paper, senilai Rp33,72 triliun. Diikuti sektor minyak dan gas, khususnya petrochemical, senilai Rp17,47 triliun.
Terakhir, ada investasi hilirisasi sektor ekosistem kendaraan listrik, khususnya industri baterai, senilai Rp6,86 triliun.
Menteri Investasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani menyatakan, pemerintah juga sudah menyusun roadmap hilirisasi untuk sektor lain, salah satunya rumput laut.
Ia menilai Indonesia memiliki banyak komoditas rumput laut, dan produk turunannya diproyeksikan dapat memberi nilai tambah yang signifikan bagi perekonomian nasional.
"Sepanjang coastline atau pantai kita ini banyak sekali rumput laut yang potensinya sangat besar dan sudah berjalan, tetapi mesti lebih dijadikan suatu ekosistem produksi yang baik dan benar," kata Roeslan dalam konferensi pers di kanal YouTube BKPM, Selasa (15/10/2024).
Pemerintah juga berencana melakukan hilirisasi minyak kelapa sawit, karet, kelapa, tanaman pala, serta ikan dan rajungan.
"Semua itu akan coba kami dorong, tapi akan lihat punya keunggulan di mana. Misal di nikel, makanya hilirisasi nikel ini lebih didorong," kata Rosan.
(Baca: Data Realisasi Investasi Asing ke Indonesia sejak 2011)