Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang kuartal I 2023 nilai ekspor nonmigas Indonesia ke Amerika Serikat (AS) mencapai USD 5,83 miliar, merosot 25,19% dibanding kuartal I 2022.
Di periode sama, ekspor nonmigas Indonesia ke Tiongkok mencapai USD 15,95 miliar, nilainya melesat 25,41% dibanding kuartal I tahun lalu.
Pada kuartal I 2023 ekspor Indonesia ke Jepang, Singapura, India, dan Taiwan juga meningkat. Sementara nilai ekspor turun ke Thailand, Australia, Uni Eropa, Korea Selatan dan Malaysia turun dengan persentase seperti terlihat pada grafik.
Meski permintaan dari sejumlah mitra dagang utama melemah, pada kuartal I 2023 Indonesia meraih total nilai ekspor USD 67,2 miliar, naik 1,6% dibanding kuartal I tahun lalu.
Kemudian total nilai impor kuartal I 2023 mencapai USD 54,95 miliar, turun 3,28% dibanding kuartal I tahun sebelumnya.
Alhasil, sepanjang kuartal I 2023 Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan USD 12,25 miliar, meningkat 31% dibanding surplus kuartal I 2022.
(Baca: Proyeksi Bank Dunia, Ekonomi Indonesia Tumbuh 4,9% pada 2023)
Kendati neraca dagang Indonesia masih menguat pada kuartal pertama tahun ini, Bank Dunia memprediksi ekonomi Indonesia bakal melambat.
Dalam laporan East Asia and the Pacific Economic Update edisi April 2023, Bank Dunia memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari 5,3% pada 2022 menjadi 4,9% pada 2023.
Ramalan senada datang dari International Monetary Fund (IMF). Dalam laporan World Economic Outlook (WEO) edisi April 2023, IMF memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat dari 5,3% pada 2022 menjadi 5% pada 2023.
IMF juga menilai perekonomian global tahun ini masih menghadapi banyak tantangan. Menurut IMF, gejolak ekonomi yang terjadi pada 2022 akan berlanjut sepanjang tahun ini, hanya intensitasnya yang berbeda.
"Tingkat utang tetap tinggi, membatasi kemampuan pembuat kebijakan fiskal untuk menjawab tantangan baru. Harga komoditas, yang sempat meningkat tajam setelah invasi Rusia ke Ukraina, kini sudah dimoderasi, tapi perang terus berlanjut dan ketegangan geopolitik masih tinggi," kata IMF.
(Baca: Proyeksi IMF, Ekonomi Indonesia Tumbuh 5% pada 2023)