Selama periode 7 Oktober-17 Desember 2023, perang Israel-Hamas telah menewaskan 64 jurnalis dan pekerja media.
Menurut laporan Komite untuk Perlindungan Jurnalis (CPJ), mayoritas jurnalis dan pekerja media yang tewas merupakan warga Palestina, yaitu 57 orang, lalu ada 4 warga Israel, dan 3 warga Lebanon.
CPJ juga mencatat, terdapat 13 jurnalis yang terluka, 3 jurnalis hilang, dan 19 jurnalis ditangkap dalam konflik Israel-Hamas.
Para jurnalis dan pekerja media yang meliput konflik tersebut juga mengalami berbagai kekerasan, ancaman, serangan siber, sensor, dan pembunuhan anggota keluarga.
Selain yang tercatat di atas, CPJ masih menyelidiki sejumlah laporan yang belum terkonfirmasi mengenai jurnalis lain yang dibunuh, ditahan, disakiti, diancam, serta laporan kerusakan di kantor media dan rumah jurnalis.
"CPJ menekankan bahwa jurnalis adalah warga sipil yang melakukan pekerjaan penting selama masa krisis, dan tidak boleh menjadi sasaran pihak-pihak yang bertikai," kata koordinator program CPJ Timur Tengah dan Afrika Utara, Sherif Mansour, dalam keterangan resminya, Minggu (17/12/2023).
Sherif pun menyebut, jurnalis dari berbagai wilayah melakukan pengorbanan besar untuk meliput konflik tersebut.
"Jurnalis di Gaza menghadapi risiko sangat tinggi saat mencoba meliput, termasuk risiko serangan udara Israel, gangguan komunikasi, serta kekurangan pasokan dan pemadaman listrik yang meluas," kata Sherif.
"Banyak di antara mereka yang kehilangan rekan kerja, keluarga, dan fasilitas media, serta melarikan diri mencari keselamatan ketika tak ada tempat berlindung atau jalan keluar yang aman," ujarnya lagi.
Teranyar, operator kamera Al-Jazeera, Samer Abu Daqqa, tewas karena serangan drone Israel saat melakukan reportase di sebuah sekolah PBB di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, Jumat (15/12/2023).
Kemudian rekannya, kepala biro Al-Jazeera, Wael Al Dahdouh, juga terluka dalam serangan yang sama.
(Baca: Israel Serang Masjid Indonesia di Gaza, Ini Daftar Fasilitas Umum yang Hancur di Palestina)