Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump akan menutup Badan Bantuan Internasional AS (United States Agency for International Development/USAID).
Melansir CNN Indonesia, Trump dikabarkan bakal menggabungkan USAID bersama Departemen Luar Negeri, di bawah kebijakan "America First" pemerintahan Presiden Trump.
>
Menurut Trump yang belum lama dilantik sebagai presiden, dia akan lebih fokus mendahulukan kepentingan domestik.
USAID sendiri merupakan pemberi bantuan luar negeri terbesar di AS, menurut data dari situs web federal Foreignassistance.gov yang diolah Statista.
Data tersebut menunjukkan, USAID mengucurkan hampir US$44 miliar pada tahun fiskal 2023. Ukraina menjadi negara yang paling banyak menerima bantuan dari USAID, yakni US$16,02 miliar.
Statista menjelaskan, jumlah tersebut mewakili lebih dari 60% dari seluruh bantuan luar negeri AS yang terdaftar di situs web itu.
"Badan ini hanya membayarkan bantuan ekonomi, sementara bantuan militer ditangani oleh Departemen Luar Negeri dan Departemen Pertahanan," tulis Statista pada Senin (3/1/2025).
Setelah Ukraina, pembayaran USAID sebagian besar diberikan ke negara-negara Timur Tengah dan Afrika pada 2023.
Rinciannya, Etiopia sebesar US$1,67 miliar; Yordania US$1,19 miliar; Afghanistan US$1,08 miliar; Somalia US$1,04 miliar.
Di luar negara-negara itu, nilai bantuan kurang dari US$1 miliar.
Statista juga menyebut, penerima bantuan AS dapat ditemukan di seluruh Amerika Latin, Afrika, Asia, dan Eropa Timur.
"Bersama dengan pengeluaran Departemen Luar Negeri/Pertahanan, yang lebih berfokus pada Timur Tengah karena adanya komponen bantuan militer, ini merupakan bantuan luar negeri AS yang paling banyak diberikan," tulis Statista.
(Baca juga: AS Penyumbang Dana Terbesar untuk WHO Periode 2024-2025)