Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, skor Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia sebesar 76,9 poin pada 2023. Nilai itu naik 0,31 poin dari 2022 yang sebesar 76,59 poin.
Meski kenaikannya terkadang kecil, skor IDG sebenarnya tak pernah turun sekali pun selama 14 tahun.
Kenaikan paling tinggi terjadi pada 2019 yang sebesar 3,14 poin menjadi 75,24. Sementara skor pada 2010 sebesar 68,15 poin atau naik 8,75 poin selama 14 tahun terakhir.
Melansir laman Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana Kalimantan Tengah, IDG adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur terlaksananya keadilan dan kesetaraan gender berdasarkan partisipasi politik dan pengambilan keputusan.
Hal itu dilihat dari proporsi laki-laki dan perempuan dalam parlemen, partisipasi ekonomi dan pengambilan keputusan yang dilihat dari dua indikator, yakni proporsi laki-laki dan perempuan sebagai legislator, pejabat senior dan manager, serta presentase laki-laki dalam posisi profesional dan teknis dan sumber ekonomi yang diukur dengan perkiraan pendapatan laki-laki dan perempuan.
Sederhananya, analisis indikator pembentuk IDG menghitung keterwakilan parlemen, pengambilan keputusan, dan distribusi pendapatan.
(Baca juga: Indeks Pembangunan Gender Indonesia Cenderung Naik Sedekade Terakhir)