Kemampuan matematika pelajar Indonesia secara rata-rata menurun pada 2022.
Hal ini terlihat dari laporan Programme for International Student Assessment (PISA) 2022 yang dirilis Organization for Economic Co-operation and Development (OECD).
PISA mendefinisikan kemampuan matematika sebagai "kemampuan untuk merumuskan, menggunakan, dan menafsirkan matematika dalam berbagai konteks untuk menggambarkan, memprediksi, dan menjelaskan suatu fenomena".
Untuk mengukur kemampuan tersebut, PISA melakukan tes dan survei kepada sampel pelajar berusia 15 tahun dari puluhan negara.
PISA kemudian mengklasifikasikan kemampuan matematika menjadi 8 level, dari level tertinggi 6, 5, 4, 3, 2, 1a, 1b, sampai 1c. Makin tinggi angkanya, kemampuannya diasumsikan semakin baik.
(Baca: PISA 2022: Skor Literasi Membaca Indonesia Turun)
Pada 2022 pelajar Indonesia memperoleh skor kemampuan matematika 366 poin, turun dibanding hasil penilaian PISA tahun 2015-2018.
Skor tersebut juga jauh di bawah skor rata-rata negara anggota OECD yang kisarannya 465-475 poin.
Dengan perolehan skor 366, pada 2022 kemampuan matematika pelajar Indonesia masuk ke level 1a.
Artinya, secara umum pelajar Indonesia bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan matematika yang melibatkan konteks sederhana, dengan kondisi pertanyaannya didefinisikan dengan jelas, dan semua informasi yang diperlukan tersedia.
Pelajar dengan kemampuan matematika level 1a juga dapat menggunakan algoritma, rumus, atau prosedur dasar untuk memecahkan masalah yang umumnya melibatkan bilangan bulat.
Namun, pelajar di level ini belum mampu berpikir kreatif untuk merumuskan solusi dari masalah yang lebih kompleks.
(Baca: PISA 2022: Kemampuan Membaca Pelajar Indonesia Tergolong Rendah di ASEAN)