Harga minyak mentah dunia melambung di tengah terbatasnya pasokan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Kenaikan harga minyak mentah dunia hingga di atas US$100 per barel membuat nilai impor minyak dan gas Indonesia membengkak.
Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai impor migas Indonesia mencapai US$19,46 miliar atau Rp291,96 triliun (dengan kurs Rp15 ribu per dolar Amerika Serikat/AS) pada semester I 2022. Nilai tersebut melonjak 68,98% dibanding semester I tahun sebelumnya.
Nilai impor migas berupa hasil minyak (minyak olahan) mencapai US$12,01 miliar sepanjang Januari-Juni 2022. Nilai tersebut melonjak hampir dua kali lipat dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai US$6,18 miliar. Nilai impor hasil minyak ini porsinya mencapai 61,7% dari total nilai impor migas nasional.
Kemudian, nilai impor minyak mentah mencapai US$4,74 miliar pada paruh pertama tahun ini atau 24,33% dari total impor migas. Nilai ini naik 28,68% dibanding paruh pertama tahun sebelumnya hanya US$3,68 miliar.
Adapun, nilai impor migas mencapai US$2,72 miliar pada 6 bulan pertama tahun ini. Nilai tersebut melonjak 64,03% dibanding 6 bulan pertama tahun sebelumnya. Sementara porsi nilai impor gas hanya sebesar 13,95%.
Melonjaknya nilai impor migas Indonesia tidak terlepas dari naiknya harga minyak mentah dunia sebesar 44,74% (year to date/ytd) ke level US$114,81 per barel pada akhir Juni 2022 dibanding posisi 31 Desember 2021 yang masih berada di posisi US$79,32 per barel. Impor migas juga menjadi lebih mahal akibat menguatnya nilai dolar Amerika terhadap mata uang utama dunia.
(Baca: Neraca Perdagangan Migas Indonesia Selalu Defisit dalam 7 Tahun Terakhir)