PT Medco E&P Indonesia memegang 95% hak partisipasi di Blok Rimau melalui Production Sharing Contract (PSC). Sejak 2008 hingga 2010, produksi minyaknya belum mampu melebihi target produksi. Data Kementerian ESDM mencatat, pada 2008 produksi minyak di blok ini diproyeksikan mencapai 8,9 juta barel, tapi hanya tercapai 8,5 juta barel. Pada 2009 proyeksinya 8,1 juta barel, terealisasi hanya 7 juta barel. Ketika itu, Medco pun menutup sumur Noni-1 di Blok Rimau, Musi Banyu Asin, Sumatra Selatan karena tidak ada minyak setelah dieksplorasi.
Setelah itu, dengan peningkatan kinerja, produksi minyak Medco akhirnya mulai di atas proyeksi. Misalnya produksi pada 2011 mencapai 6 juta, di atas proyeksi 5,7 juta barel. Bahkan pada 2012, produksi minyak menembus 13,4 juta barel, tertinggi dan jauh melebihi proyeksi yang hanya 5,1 juta barel.
Medco awalnya mengambilalih 100% hak partisipasi blok tersebut dari Exxon dan Mobil Inc dengan pengambilalihan 100% saham PT Stanvac Indonesia pada akhir 1995. PSC ini diperpanjang hingga 22 Desember 2023. Kini Medco memiliki 95% hak partisipasi, sisanya 5% milik Perusahaan Daerah Pertambangan & Energi Sumsel.