Konsumsi Akhir Gas Alam Indonesia pada 2024 Terendah Sedekade

Energi

Premium

Erlina Fury Santika 30/09/2025 19:08 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Kementerian ESDM menghimpun volume konsumsi akhir gas alam di Indonesia sepanjang 2014-2024. Pada data terakhir 2024, angka konsumsinya menurun.

Volume Konsumsi Akhir Gas Alam di Indonesia (2014-2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Anda mengakses konten Single Data Premium.
Untuk meneruskan, silakan berlangganan, atau beli secara satuan.

Professional

Nikmati akses premium dengan harga yang lebih terjangkau.

Mulai dari

~~Rp300.000~~ 150.000/bulan

Akses lebih banyak konten premium dan fitur eksklusif khusus pelanggan.

Mulai dari

50.000/bulan

Hanya Rp833 per artikel

Lebih detail »

Beli Satuan

Langsung baca artikel “Konsumsi Akhir Gas Alam Indonesia pada 2024 Terendah Sedekade”.

Rp7.500

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Volume Konsumsi Akhir Gas Alam di Indonesia (2014-2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Dalam laporan Handbook of Energy and Economic Statistic of Indonesia, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menghimpun volume konsumsi akhir gas alam Indonesia sepanjang 2014-2024.

Pada 2014, konsumsinya sebesar 95,1 juta setara barel minyak atau barrel of oil equivalent (BOE).

Pergerakan setelahnya cenderung berfluktuasi. Konsumsi gas mencapai puncak tertinggi pada 2023 dengan volume nyaris 121 juta BOE.

Sementara data terakhir pada 2024 mencapai 87,72 juta BOE. Ini menjadi volume konsumsi terendah selama sedekade terakhir.

Kementerian ESDM memberi catatan bahwa data konsumsi akhir ini merujuk volume yang murni dipakai untuk kebutuhan energi oleh pengguna akhir seperti rumah tangga, transportasi, industri, dan komersial. Tidak termasuk pemakaian sebagai bahan baku.

(Baca: Pemakaian Batu Bara Indonesia pada 2024 Tertinggi dalam Sedekade)

Produksi Listrik dari Gas Alam

Pemerintah Indonesia saat ini memiliki skenario percepatan transisi energi yang dinamai Accelerated Renewable Energy Development (ARED).

ARED berisi target pengurangan energi fosil serta penambahan energi baru dan terbarukan (EBT) yang lebih progresif dibanding skenario normal. Namun, batu bara tetap menyumbang emisi terbesar.

Berdasarkan skenario tersebut, gas alam masuk jajaran bahan bakar produksi listrik hingga 2034, tertinggi ketiga setelah batu bara dan energi baru terbarukan (EBT). Berikut daftarnya:

Batu bara: 271.940 GWh (naik 17% dibanding 2025)
EBT: 199.439 GWh (naik 246% dibanding 2025)
Gas: 106.931 GWh (naik 88% dibanding 2025)
BBM: 1.337 GWh (turun 90% dibanding 2025)
Impor: 1.040 GWh (turun 20% dibanding 2025)
Total: 580.687 GWh (naik 60% dibanding 2025)

(Baca: Proyeksi Produksi Listrik Indonesia 2025-2034, Batu Bara Sumber Energi Utama)

Editor : Erlina Fury Santika