Menurut laporan yang dirilis Economist Intelligence Unit (EIU), negara-negara yang gagal memvaksinasi 60% populasi mereka pada pertengahan 2022 diperkirakan akan mencatat kerugian ekonomi/Produk Domestik Bruto (PDB) global sebesar US$2,3 triliun pada 2022-2025.
Laporan ini juga menyatakan bahwa negara miskin dan berkembang yang lambat dalam melakukan vaksinasi menanggung kerugian ekonomi lebih besar dibanding negara-negara maju yang sudah lebih cepat melakukan vaksinasi.
Negara-negara kawasan Asia-Pasifik diperkirakan akan menderita kerugian terparah akibat lambatnya program vaksinasi yakni 73% dari kerugian ekonomi global (US$ 1,7 triliun). Namun secara persentase terhadap PDB, negara-negara kawasan Afrika sub-Sahara akan menderita kerugian terburuk yakni 2,9%.
Sekitar 60% penduduk negara-negara maju setidaknya telah menerima satu dosis vaksin Covid-19 pada akhir Agustus, dibandingkan negara-negara miskin yang baru 1% populasinya menerima vaksin.
Lambatnya program vaksinasi di kawasan ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti terkendala biaya untuk membeli vaksin dalam jumlah banyak, kurangnya infrastruktur logistik yang memadai untuk dikirim ke berbagai daerah, dan juga kekurangan tenaga kesehatan untuk memberikan suntikan.
(Baca Selengkapnya: Rasio Vaksinasi Penuh di Malta Capai 81,6%, Tertinggi Dunia)