Menteri Keuangan, Sri Mulyani menyebut bahwa selisih anggaran atau defisit dalam perekonomian negara terjadi karena adanya fleksibilitas keuangan. Diwartakan Media Indonesia, Sri Mulyani menyebut anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) memang alat keuangan negara yang didesain secara fleksibel guna mencukupi kebutuhan negara.
Databoks menghimpun rasio defisit APBN terhadap produk domestik bruto (PDB) beserta nominalnya selama dua dekade terakhir. Grafik selama 20 tahun ini mencakup pemerintahan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pada 2004-2014 dan Presiden Joko Widodo (Jokowi) 2014-2024.
Data ini diambil dari Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), APBN, dan berbagai sumber kredibel, seperti rilis pemerintah dan berita media massa.
(Baca juga: Pendapatan Negara Turun, APBN Defisit Rp93,4 Triliun pada Juli 2024)
Berdasarkan trennya, rasio defisit berada di rentang minus 0,08% hingga minus 6,14%.
Defisit paling rendah terjadi saat 2008, yakni dengan rasio minus 0,08% terhadap PDB. Merujuk laporan LKPP, realisasi pendapatan negara era SBY tersebut tercatat sebesar Rp981,61 triliun atau 109,68% dari APBN-P tahun anggaran (TA) 2008. Sementara itu, realisasi belanja negara sebesar Rp985,75 triliun atau 99,62% dari APBN-P TA 2008.
Maka, realisasi defisit TA 2008 adalah sebesar Rp4,12 triliun, sedangkan dalam APBN-P TA 2008 dianggarkan defisit sebesar Rp94,50 triliun.
Sementara rasio defisit terhadap PDB yang jatuh terdalam saat 2020, yakni minus 6,14%. Adapun nominalnya sebesar Rp947,69 triliun atau 91,19% dari yang dianggarkan Rp1.039,21 triliun.
Laporan LKPP juga mengungkap, hasil pendapatan dan hibah negara pada 2020 mencapai Rp1.647,78 triliun atau 96,93% dari APBN. Di samping itu realisasi belanja negara adalah Rp2.595,48 triliun atau 94,75% dari APBN.
Defisit yang sangat melebar itu terjadi saat pandemi Covid-19 merebak. Bahkan setahun setelahnya, rasio defisit masih terlihat tetap melebar, yakni minus 4,65%. Sejurus itu, nominal defisit anggaran sebesar Rp775,06 triliun atau 77,02% dari yang dianggarkan Rp1.006,38 triliun.
Realisasi pendapatan dan hibah negara pada 2021 sebesar Rp2.011,34 triliun atau 115,35% dari APBN. Sementara itu, realisasi belanja Indonesia sebesar Rp2.786,41 triliun atau 101,32% dari APBN.
Data terakhir, defisit disepakati bersama DPR sebesar minus Rp522,82 triliun dalam APBN 2024. Adapun rasionya sebesar minus 2,29% terhadap PDB.
(Baca lebih lengkap: Beda Nilai Defisit Anggaran Era SBY dan Jokowi, Siapa Terbesar?)