Ruang Ekspresi Sipil Tak Selalu Aman, Ini Masalahnya Menurut Anak Muda

Menurut survei Yayasan Partisipasi Muda, terdapat sejumlah hal yang menjadi tantangan bagi pemuda untuk mengakses ruang terbuka sebagai sarana kebebasan sipil.

Terbesar adalah merasa tidak nyaman atau takut mengungkapkan pendapat di ruang terbuka seperti media sosial, dipilih 74% responden.

Lalu kurangnya perlindungan pemerintah saat menjalankan hak-hak pemuda, dipilih 42% responden.

Takut adanya pelecehan atau intimidasi saat berkumpul secara damai juga dirasakan 36% responden atau berada di urutan tiga terbesar.

Hambatan-hambatan lainnya adalah akses terbatas, diskriminasi, pembatasan, hingga tidak ada ruang aman untuk berkumpul. Berikut daftar lengkapnya:

1. Merasa tidak aman atau takut mengungkapkan pendapat dan kritik di ruang terbuka seperti media sosial: 74%
2. Kurangnya perlindungan pemerintah saat menjalankan hak-hak pemuda: 42%
3. Takut akan pelecehan atau intimidasi saat berkumpul secara damai: 36%
4. Akses terbatas terhadap sumber daya atau dukungan untuk kegiatan yang dipimpin pemuda: 32%
5. Diskriminasi berdasarkan gender, etnis, atau agama: 25%
6. Pembatasan dalam membentuk atau bergabung dengan kelompok tertentu: 19%
7. Tidak ada ruang aman untuk berkumpul atau berorganisasi: 16%.

Survei ini melibatkan 505 responden dengan distribusi usia rentang 18-25 tahun. Mayoritas gender responden di tiga zona wilayah adalah perempuan, terutama di tengah (61,9%) dan barat (55,4%). Laki-laki agak banyak di timur (45,1%). Responden non-biner dan beragam gender paling menonjol di barat.

Mayoritas responden berpendidikan SMA (49,1%) dan sarjana/D4 (44,8%), sedangkan sisanya tersebar pada pendidikan vokasi (3,2%), SMP (2%), pascasarjana (0,8%), dan SD (0,2%).

Data dikoleksi pada November 2024-Maret 2025 dan dibukukan dalam edisi April 2025. 

(Baca: Respons Pemerintah atas 9 Isu Krusial di Mata Anak Muda, Sudah Baik?)