29 Hakim Jadi Tersangka Korupsi dalam 13 Tahun Terakhir

Menurut laporan Indonesia Corruption Watch (ICW), ada 29 hakim yang ditetapkan sebagai tersangka korupsi sepanjang 2011-2024.

Mereka diduga menerima suap untuk "mengatur" hasil putusan, dengan total nilai suap Rp107,9 miliar.

"Perlu ada pembenahan menyeluruh terhadap tata kelola internal Mahkamah Agung," kata ICW dalam siaran pers, Selasa (15/4/2025).

"Penetapan tersangka suap menunjukkan bahaya mafia peradilan. Praktik jual-beli vonis untuk merekayasa putusan berada pada kondisi kronis," lanjutnya.

(Baca: Kekayaan 3 Hakim yang Diduga Terima Suap Kasus Minyak Goreng)

Di luar daftar tersebut, pada April 2025 ada lagi empat hakim yang menjadi tersangka korupsi, dalam kasus dugaan suap untuk melepaskan terdakwa korupsi ekspor crude palm oil (CPO).

Empat hakim tersebut adalah Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Selatan Muhammad Arif Nuryanta, serta Hakim Tipikor Jakarta Pusat Djuyamto, Agam Syarif Baharuddin, dan Ali Muhtarom.

Kejaksaan Agung menetapkan mereka sebagai tersangka bersama tiga orang lainnya, yaitu advokat Ariyanto dan Marcella Santoso, serta panitera Wahyu Gunawan.

Lalu tiga perusahaan sawit, yaitu Wilmar Group, Permata Hijau Group, dan Musim Mas Group menjadi terdakwa dalam kasus tersebut yang diputus pada Maret 2025 di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

ICW menilai kasus ini menggambarkan cengkeraman oligarki dalam proses penegakan hukum.

"Oligarki memanfaatkan tata kelola industri sawit yang buruk dengan melakukan perburuan rente (rent-seeking). Praktik itu dilakukan untuk mendapatkan kebijakan-kebijakan atau legislasi yang menguntungkan industri mereka," kata ICW.

(Baca: Pertumbuhan Luas Perkebunan Sawit Swasta, Rakyat, dan Negara 1970-2024)