Menurut laporan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), tercatat ada 1.200 bencana alam di Indonesia selama 1 Januari-1 September 2024.
Adapun bencana hidrometeorologi masih mendominasi kejadian bencana laman di Tanah Air, proporsinya mencapai 98,92%.
Banjir menjadi bencana alam yang paling banyak terjadi hingga awal bulan ini, yaitu 750 kejadian.
Lalu terjadi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sebanyak 210 kejadian, cuaca ekstrem 198 kejadian, tanah longsor 88 kejadian, dan kekeringan 32 kejadian.
Kemudian terdapat bencana gempa bumi sebanyak 11 kejadian, gelombang pasang dan abrasi 8 kejadian, serta erupsi gunung api 3 kejadian.
Kepala BNPB Suharyanto menjelaskan adanya anomali bencana yang terjadi di beberapa daerah. Misalnya, ada beberapa provinsi yang mengalami karhutla seperti di Sumatera Selatan dan Riau.
Namun dalam periode yang sama, beberapa daerah seperti Kalimantan dan Sulawesi tengah dilanda banjir.
“Ini memang ada anomali di wilayah negara Indonesia karena saking luasnya. Jadi di bagian wilayah lain terjadi kebakaran, tapi di bagian wilayah lainnya terjadi banjir,” kata Suharyanto dalam rapat kerja bersama Komisi VIII DPR, Selasa (3/9/2024).
BNPB mendata, bencana alam yang terjadi ini telah mengakibatkan 40.415 rumah rusak. Rinciannya, 6.879 rusak berat, 7.562 rusak sedang, dan 25.974 rusak ringan.
Ada pula 809 fasilitas umum yang rusak akibat kejadian bencana tersebut. Ini terdiri atas 444 fasilitas pendidikan, 321 fasilitas ibadah, dan 44 fasilitas pelayanan kesehatan.
(Baca: Mayoritas Desa di Kawasan IKN Berisiko Banjir)