KLHK: Jumlah Hotspot di Indonesia Capai 169 Dalam 24 Jam Terakhir (Selasa, 20 Mei 2025)
- A Kecil
- A Sedang
- A Besar
Berdasarkan sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemantauan 24 jam terakhir menunjukkan ada 169 titik panas (hotspot) terdeteksi di Indonesia. Jumlah titik panas ini berkurang 50 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Data tersebut merupakan hasil pencitraan satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (20/5/2025) pukul 11.53 WIB. Dari 169 titik panas terdeteksi, 2 titik dengan tingkat kepercayaan hotspot tinggi, 165 titik skala sedang, dan 2 titik skala rendah.
Tingkat kepercayaan hotspot terbagi menjadi 3 skala. Skala rendah memiliki rentang 0 - 29, skala sedang 30 - 79, dan skala tinggi 80 - 100. Semakin tinggi tingkat kepercayaan hotspot, semakin tinggi juga kemungkinan wilayah tertentu terjadi kebakaran hutan dan lahan.
(Baca: Nilai Kerugian Ekonomi Akibat Banjir Secara Global Turun pada 2023)
Titik panas terdeteksi paling banyak berada di Sumatera Barat sebanyak 39 titik. Kalimantan Selatan menempati posisi kedua jumlah titik panas terbanyak dengan 16 titik. Maluku Utara berada di posisi ketiga sebanyak 16 titik panas.
Sebanyak 15 titik panas terdeteksi di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur menyusul dengan 14 titik panas, serta Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Tengah masing-masing memiliki 14 dan 14 titik panas terdeteksi.
Titik panas merupakan titik koordinat suatu daerah yang memiliki temperatur permukaan lebih tinggi dibandingkan sekitarnya, dan bukan jumlah kejadian kebakaran hutan dan lahan.
Namun, banyaknya jumlah titik panas dan bergerombol pada suatu wilayah mengindikasikan adanya kejadian kebakaran hutan dan lahan. Artinya, data titik panas hasil deteksi satelit penginderaan jauh masih paling efektif dalam memantau kebakaran hutan dan lahan untuk wilayah yang luas.
(Baca: Banjir Masih Jadi Bencana Terbanyak di Indonesia hingga Maret 2025 )