Hasil riset Cento Ventures memaparkan fluktuasi jumlah kesepakatan dan nilai investasi startup di kawasan Asia Tenggara sejak 2013 hingga 2023.
Namun pada data tiga tahun terakhir, nilai investasi startup terlihat turun, meski kesepakatannya cenderung naik.
Pada semester I 2021, nilai investasi startup negara kelompok ASEAN sebesar US$4,8 miliar, naik dari semester II 2020 yang sebesar US$2,7 miliar.
Kesepakatannya pun menjadi 454 dokumen atau perjanjian, naik dari semester II 2020 yang sebanyak 387.
Memasuki semester II 2021, nilainya naik menjadi US$9,7 miliar dengan kesepakatan 538 dokumen.
(Baca juga: Awal 2024, Indonesia Punya Startup Terbanyak di ASEAN)
Pada semester awal 2022, nilainya turun menjadi US$6,8 miliar dengan kesepakatan 458.
Nilai itu turun lagi menjadi US$3,8 miliar pada semester II 2022 dengan kesepakatan yang naik menjadi 475 dokumen.
Lalu pada data terakhir semester I 2023 nilainya menjadi US$3,1 miliar dengan kesepakatan yang naik menjadi 513 perjanjian.
Cento Ventures menyebut kesepakatan pada semester I 2022-semester I 2023 memang naik 12%, namun nilai investasinya ambruk hingga 54%.
"Volume investasi semester I 2023 terendah sejak 2017. Jumlah kesepakatan telah meningkat secara konsisten sejak semester I 2022, yang selanjutnya mengindikasikan pergeseran ke investasi tahap awal," tulis Cento Ventures dalam laporannya yang dikutip Selasa (10/9/2024).
Sebagai informasi, kesepakatan yang dimaksud merupakan perjanjian investasi tertulis dalam rangka penyediaan dana investasi antara pihak yang terlibat.
Merujuk laman Kemenkeu, pihak yang terlibat bisa berasal dari badan bisnis swasta atau pemodal, badan investasi pemerintah dengan perusahaan swasta, badan usaha di bawah pemerintah, atau badan usaha yang mengelola dana bergulir. Perjanjian ini mengatur kerja sama pelaksanaan dalam rangka penyediaan infrastruktur dan kebutuhan investasi lainnya.
(Baca juga: PHK Startup dan Tekno Global Masih Marak, Ini Riwayat 2 Tahun Terakhir)