Harga Komoditas Nikel untuk Kontrak 3 Bulan ke Depan Turun Menuju Level US$ 17.105 per Ton (Senin, 25 Maret 2024)

Pasar
1
Agus Dwi Darmawan 26/03/2024 14:01 WIB
Harga Komoditas Nikel untuk Tiga Bulan Terakhir
databoks logo
  • A Font Kecil
  • A Font Sedang
  • A Font Besar

Harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan untuk transaksi Senin, 25 Maret 2024 turun. Perdagangan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan hari ini tercatat US$ 17.105 per ton. Angka ini lebih rendah dibandingkan perdagangan hari sebelumnya yang berada di angka US$ 17.380 per ton. Kondisi saat ini menggenapi pergerakan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan dalam dua hari terakhir yang sedang dalam tren naik.

(Baca: Harga Gabah di Pasar Internasional Rp 5,45 Ribu per Kg (Jumat, 22 Maret 2024))

Seminggu terakhir, pergerakan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan melambat 5,24 persen dengan rata-rata harga transaksi harian adalah US$ 17.644,29 per ton. Sedangkan terhadap harga di awal tahun, harga komoditas nikel ini telah tumbuh 1,82 persen. Bahkan dari harga tertingginya tahun ini di US$ 18.445 per ton, harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan telah turun 7,26 persen.

Secara tahunan, rata-rata perdagangan harga komoditas nikel untuk kontrak 3 bulan ke depan dalam lima tahun terakhir dalam tren naik. Sementara itu, untuk pantauan harga secara bulanan, transaksi dalam 12 bulan terakhir cenderung turun. Tertinggi, harga rata-rata bulanan komoditas komoditas nikel pernah tercatat yakni pada April 2023 diharga US$ 23.974,72 per ton.

(Baca: Tiga Hari Terakhir, Harga Gas Alam Dunia Terus Turun)

Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi mencatat pada semester awal 2023 nilai ekspor nikel dan turunannya secara tahun berjalan telah mencapai US$19,47 miliar atau setara Rp301 triliun. Pada 2022, nilai ekspor komoditas ini mencapai US$ 34,28 miliar atau Rp 530,1 triliun. Ekspor nikel dan turunannya ini diprediksi akan naik hingga 20 kali lipat pada 2025 akibat program hilirisasi pemerintah Indonesia.

Data Populer
Lihat Semua