Inflasi harga konsumen, terutama komoditas pangan, terus melonjak pada bulan Juli. Tren ini berlanjut seiring dengan kebangkitan konsumsi rumah tangga di tengah pemulihan ekonomi.
Kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau mencatat inflasi tahunan sebesar 9,35% pada bulan Juli, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Laju inflasi tersebut merupakan yang paling tinggi di antara kelompok-kelompok pengeluaran yang lain. Harga pangan melonjak sebagian besar karena rantai pasokan terganggu oleh kondisi cuaca yang tidak mendukung.
Secara bulanan, kelompok pengeluaran makanan, minuman dan tembakau menyumbangkan 0,31 poin persentase ke inflasi secara keseluruhan. Berikut ini adalah komoditas yang menjadi kontributor utama terhadap kenaikan harga pangan:
- cabai merah;
- bawang merah;
- cabai rawit;
- ikan segar;
- rokok kretek filter;
- cabai hijau;
- mie kering instan;
- rokok putih;
- tomat; dan
- air kemasan.
Namun, tidak semua komoditas pangan mencatat peningkatan harga pada bulan Juli dari bulan sebelumnya, seperti minyak goreng, sawi hijau, telur ayam ras, kangkung, bawang putih dan bayam.
Kelompok pengeluaran informasi, komunikasi dan jasa keuangan mencatat deflasi tahunan sebesar 0,27% pada bulan Juli. Penurunan harga peralatan informasi dan komunikasi menjadi penyebab deflasi kelompok ini.
Secara keseluruhan, Indeks Harga Konsumen (IHK) mencatat inflasi tahunan sebesar 4,94% pada bulan Juli. Laju inflasi ini sedikit lebih tinggi dari perkiraan sebesar 4,82% dari para ekonom Bank Mandiri.
(Baca: Proyeksi IMF, Inflasi Masih Tinggi sampai 2023)