Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat terdapat 6,98% siswa berusia 10 hingga 24 tahun yang sekolah sambil bekerja pada 2020. Rinciannya, sebanyak 6,74% di perdesaan dan 7,15% di perkotaan.
Sektor pertanian memberikan sumbangan besar terhadap siswa bekerja di perdesaan, yakni 44,06% pada 2020. Sementara sektor lainnya sebanyak 39,9% jasa dan 16,04% manufaktur.
Berbeda dengan wilayah perkotaan yang paling banyak bekerja di sektor jasa yakni 72,61% siswa. Sedangkan 22,78% di manufaktur dan 4,61% pertanian. (Baca: Pelajar SLB Indonesia Tembus 140 Ribu Siswa)
BPS mengutip Maseviciute (2018) menjelaskan dua alasan siswa bekerja, yaitu karena alasan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan mendapatkan pengalaman kerja. Namun siswa yang bekerja secara intens akan meningkatkan risiko putus sekolah, terutama siswa yang berada pada kelas ekonomi rendah.