Enam Tempat Layanan Publik yang Rawan Penyuapan

Politik

Lite

Yosepha Pusparisa 01/12/2020 08:24 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut Transparency International, ada enam tempat layanan publik dengan risiko penyuapan tertinggi. Kantor polisi menjadi tempat dengan risiko tertinggi, seperti dialami 23% responden di Asia.

Penyuapan Berdasarkan Tempat Pelayanan Publik (Asia)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

Enam Tempat Layanan Publik yang Rawan Penyuapan

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Penyuapan Berdasarkan Tempat Pelayanan Publik (Asia)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Dalam laporan Transparency International, setidaknya terdapat enam tempat pelayanan publik yang banyak melakukan praktik penyuapan. Hampir 1 dari 5 orang yang pernah menggunakan tempat pelayanan publik, telah melakukan penyuapan. Angka itu setara dengan 836 juta orang di regional Asia.

Dari keenam tempat tersebut, kantor polisi menjadi tempat dengan tingkat penyuapan tertinggi. Setidaknya 23% responden pernah melakukan penyuapan di kantor polisi dalam setahun terakhir. Tak hanya kantor polisi, namun pengadilan dan tempat layanan dokumen identitas juga berisiko terhadap praktik penyuapan. Ada 17% responden yang mengaku telah melakukan penyuapan di kedua tempat tersebut.

(Baca: Survei GCB Asia: Korupsi di Indonesia Meningkat dari Tahun Kemarin)

Transparency International melakukan survei yang menjaring hampir 20 ribu orang, berusia 18 tahun ke atas. Pengambilan data yang berlangsung pada Maret 2019 hingga September 2020 itu menjangkau 17 negara di Asia.

Editor : Muhammad Ahsan Ridhoi