Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Indonesia telah mengimpor 503 ribu ton periode Januari-Oktober 2018 senilai US$ 109,9 juta. Dari jumlah tersebut, sebanyak 238 ribu ton atau hampir separuh jagung impor tersebut didatangkan dari Argentina. Sementara impor jagung terbesar kedua berasal dari Amerika Serikat mencapai 183 juta ton atau sebesar 36,4% dari total impor.
Guna menekan harga jagung di tingkat petani, pemerintah akan segera menerbitkan izin impor jagung sebesar 30 ribu ton tahun ini. Sebelumnya, pemerintah juga telah membuka keran impor jagung 100 ribu ton melalui penugasan kepada Perum Bulog. Naiknya harga jagung telah berimbas terhadap naiknya harga pakan ternak sehingga berdampak terhadap naiknya harga daging ayam maupun telur ayam.
Berdasarkan proyeksi Kementerian Pertanian dalam Outlook Tanaman Pangan dan Hortikultura 2017 produksi jagung 2019 mencapai 29,92 juta ton. Sementara konsumsi jagung untuk bahan baku industri 11,1 juta ton dan bahan baku pakan ternak 4,2 juta ton. Kemudian untuk konsumsi rumah tangga 405 ribu ton serta bahan baku industri 5,9 juta ton. Sedangkan untuk bibit sebanyak 113 ribu ton dan yang tercecer mencapai 1,5 juta ton. Artinya masih ada surplus 6,67 juta ton.