Harga gula pasir internasional masih membumbung tinggi. Kenaikan harga ini ditengarai terjadi dari bulan-bulan sebelumnya.
Dalam harga acuan ICE London berjangka yang dihimpun Investing.com, gula pasir putih tembus US$757,10 per ton pada penutupan perdagangan Kamis (9/11/2023). Nilai ini naik 1,08% dari hari sebelumnya yang sebesar US$749 per ton.
Jika dilihat pada grafik, harga acuan London sebenarnya sempat menurun tiga kali sejak memasuki November 2023. Namun sisanya didominasi peningkatan, bahkan sempat tembus US$763,40 per ton pada perdagangan Senin (6/11/2023). Harga ini menjadi yang paling tinggi selama sebulan terakhir.
Sama seperti November, harga gula pada Oktober 2023 pun lebih banyak didominasi kenaikan. Harga paling tinggi tercatat sebesar US$746,60 per ton pada perdagangan Rabu (25/10/2023).
Kendati sudah mengalami penurunan pada beberapa hari perdagangan, harga gula pasir masih tergolong tinggi. Melansir Katadata pada Juni lalu, kenaikan harga gula dunia meroket karena beberapa faktor.
Laporan FAO menyatakan perkembangan fenomena El Nino meningkatkan kekahwatiran akan dampaknya terhadap panen tebu pada 2023/2024. Di sisi lain, ketersediaan global pada musim panen 2022/2023 lebih rendah dari perkiraan sebelumnya.
Faktor lainnya adalah pengurangan ekspor oleh salah satu raja gula dunia, India. Tercatat, dari 11 juta ton menjadi 6,1 juta ton pada tahun ini. Kebijakan tersebut berdasarkan perkiraan penurunan produksi dari 35,8 juta ton menjadi 32,8 juta ton pada 2023.
"Kami sekarang tidak menuntut pemerintah untuk mengizinkan lebih banyak ekspor di musim saat ini. Kami tahu itu tidak mungkin," ujar salah satu pejabat Kementerian Industri India, seperti dikutip dari Reuters.
Selain itu, OPEC memangkas produksi minyak 1,16 juta barel per hari mendorong sejumlah negara untuk menggenjot bioetanol.
Sebagai informasi, bioetanol menggunakan tebu sebagai bahan bakunya. Hal itu bisa berdampak pada ketersediaan tebu untuk gula konsumsi.
Kondisi tersebut berdampak pada harga gula Indonesia. Ini karena Indonesia masih ketergantungan mengimpor gula.
Hal itu dikonfirmasi Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri (Dirjen PDN) Kementerian Perdagangan Isy Karim.
Melansir Kompas.com, Isy menyebut penyebab harga gula RI tinggi lantaran harga gula internasional yang juga tinggi. Indonesia yang masih bergantung dengan gula impor, mau tak mau harus mengikuti harga patokan gula dunia.
"Memang harga gula di internasional tinggi sedangkan kita kan yang susahnya kan itu impor semua, jadi yah memang tinggi di kita," ujar Isy kepada media di Jakarta, Rabu (8/11/2023).
(Baca juga: Harga Gula Nasional Terus Merangkak Naik hingga November 2023)