Data perusahaan rempah dan sayuran internasional asal Belanda, Ned Spice menunjukkan, riwayat produksi lada hitam dan putih Indonesia berfluktuasi selama sedekade terakhir, tetapi cenderung turun tiga tahun belakangan.
Pada periode produksi 2013/2014, volumenya 55 kilo metrik ton (KMT).
Angkanya naik menjadi 59 kmt pada 2014 hingga 2016. Bobot produksi naik lagi menjadi 61 kmt selama 2016-2020, menjadi volume produksi tertinggi selama sedekade.
Namun, tiga tahun terakhir angkanya justru konsisten menurun. Pada 2020/2021 tercatat sebesar 47 kmt. Turun lagi menjadi 43 kmt pada 2021/2022 dan 30 kmt pada 2022/2023.
Ned Spice menyebut, penurunan memang terjadi di sejumlah negara produsen terbesar karena berkurangnya areal tanam dan cuaca buruk.
Berdasarkan daerah, Lampung menjadi produsen terbesar. Produksinya mencapai 34% dari total produksi lada Indonesia.
Disusul Bangka Belitung sebanyak 25% dan Kalimantan 15%.
Data Ned Spice juga menunjukkan bahwa produksi lada global diestimasikan sebesar 465 kmt pada musim awal 2024. Adapun stoknya diprediksi sebesar 428 kmt dan permintaan membubung hingga 529 kmt.
Namun, hal tersebut memerlukan waktu dan faktor lain, seperti cuaca yang harus membaik.
"Penanaman baru membutuhkan waktu untuk membuahkan hasil, sehingga negara asal seperti Vietnam tidak akan segera pulih," tulis Ned Spice yang dikutip Kamis (25/7/2024).
(Baca juga: Indonesia Termasuk Penghasil Lada Terbesar Global 2023)