Upaya untuk memenangkan pasar, perusahaan layanan transportasi online memanjakan konsumennya dengan berbagai macam potongan harga. Jangankan mencari untung, penyedia jasa transportasi berbasis internet tersebut justru mengalami kerugian. Hal ini seperti yang dialami penyedia jasa layanan online Uber Technologies Inc yang bermarkas di Amerika Serikat mencatat kerugian hingga US$ 800 miliar atau sekitar Rp 10,6 triliun (dengan kurs Rp 13.300 per dolar AS) pada triwulan III 2016. Angka tersebut tidak termasuk operasional di Cina.
Saat ini perusahaan penyedia jasa layanan transportasi online dalam tahap untuk memenangkan pasar. Mereka menawarkan bermacam iming-iming kepada para pelanggannya dan memberikan bonus untuk para pengendaranya. Peperangan dalam menguasai pangsa pasar ini membutuhkan dana yang besar atau bisa dibilang masih dalam tahap “bakar uang”.
Di Indonesia, terdapat tiga layanan jasa transportasi online, yakni Grab, Go-Jek, dan Uber. Tarif yang murah, serta layanan yang lebih baik dari ojek dan taksi konvensional membuat masyarakat mulai beralih ke layanan transportasi berbasis internet. Pendanaan perusahaan tersebut bersumber dari investor.