Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Terus Naik hingga Agustus 2025

Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, Indonesia mencetak surplus neraca perdagangan senilai US$5,48 miliar pada Agustus 2025.

Surplus ini melonjak 31,49% dari bulan sebelumnya (month-to-month/mtm). Begitupun secara tahunan, tumbuh 99,18% dibanding Agustus 2024 (year-on-year/yoy). Nilai surplus neraca dagang RI periode ini jadi rekor tertinggi sejak November 2022. 

"Neraca perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus selama 64 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Statistik Produksi BPS M. Habibullah dalam konferensi pers secara daring, Rabu (1/10/2025). 

Pada Agustus 2025, neraca dagang Indonesia ditopang sektor nonmigas yang surplus US$7,15 miliar. Komoditas penyumbangnya antara lain lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15); bahan bakar mineral (HS 27); serta besi dan baja (HS 72).

Namun, surplus nonmigas ini tereduksi oleh defisit perdagangan migas sebesar US$1,66  miliar. Defisit ini disumbang komoditas hasil minyak dan minyak mentah.

Secara kumulatif, selama Januari—Agustus 2025 sektor migas mengalami defisit US$12,07 miliar, sedangkan sektor nonmigas surplus US$41,21 miliar. Dengan begitu, sampai bulan kesembilan tahun ini neraca dagang Indonesia surplus US$29,14 miliar.

Surplus neraca dagang Indonesia pada Januari—Agustus 2025 paling banyak berasal dari transaksi dengan Amerika Serikat, yakni sebesar US$12,20 miliar. Disusul India dengan menyumbang surplus US$9,43 miliar dan Filipina US$5,85 miliar.

Sementara, defisit perdagangan terbesar berasal dari transaksi dengan China, nilainya US$13,09 miliar. Lalu Singapura menyumbang defisit US$3,55 juta dan Australia US$3,49 juta.

(Baca: Data Perdagangan Indonesia-Amerika Serikat pada 2020-2025)