KS dan Bullying Paling Marak Terjadi di Sekolah Indonesia pada 2024

Pendidikan

Lite

Erlina Fury Santika 17/11/2025 17:41 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Menurut JPPI, terdapat 573 kasus kekerasan terhadap anak-anak di lingkungan pendidikan Indonesia pada 2024. Berdasarkan jenisnya, terbanyak adalah kekerasan seksual (KS) dan bullying atau perundungan.

Jenis Kekerasan yang Terjadi di Lembaga Pendidikan Tingkat Dasar dan Menengah Indonesia (2024)

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

KS dan Bullying Paling Marak Terjadi di Sekolah Indonesia pada 2024

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Jenis Kekerasan yang Terjadi di Lembaga Pendidikan Tingkat Dasar dan Menengah Indonesia (2024)

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) melaporkan, terdapat 573 kasus kekerasan di lembaga pendidikan tingkat dasar dan menengah Indonesia sepanjang 2024.

Lembaga pendidikan ini termasuk sekolah, madrasah, dan pesantren.

Dari jumlah tersebut, ada dua jenis kasus kekerasan terbanyak yang terjadi, di antaranya kekerasan seksual dan perundungan (bullying) dengan persentase masing-masing 42% dan 31% dari total kasus pada 2024.

"Kedua jenis kekerasan ini memang masuk dalam kategori 'tiga dosa besar' di dunia pendidikan bersama intoleransi, yang hingga kini, masih belum menemukan titik terang," tulis JPPI dalam laporan yang diterima Databoks pada Senin (17/11/2025).

Jenis kasus terbanyak selanjutnya adalah kekerasan psikis, sebanyak 11%. Lalu ada kekerasan fisik, sebanyak 10%.

JPPI juga menemukan, kebijakan diskriminatif sebagai sumber dari kekerasan di ranah pendidikan Indonesia dengan proporsi 6%.

"Jenis ini meliputi penolakan pendirian sekolah kelompok minoritas, pewajiban/pelarangan jilbab, pembatasan guru dan siswa minoritas, dan lainnya," tulis JPPI.

(Baca: Tren Kasus Kekerasan di Lembaga Pendidikan RI 2020-2024 versi JPPI)

Editor : Erlina Fury Santika