PISA: Murid Korban 'Bully' di Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia

Pendidikan

Lite

Dwi Hadya Jayani 12/12/2019 11:32 WIB

URL telah disalin

Memuat...

Hasil PISA menunjukkan, murid yang mengaku menjadi korban perundungan sebanyak 41,1%. Angka ini merupakan tertinggi di antara negara OECD lainnya.

Persentase Murid yang Mengalami Perundungan (Bully) 2018

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Akses single data

PISA: Murid Korban 'Bully' di Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia

Ingin mendapatkan akses Data Stories lebih banyak dengan harga lebih ekonomis? Silakan berlangganan.

Dengan berlangganan, Anda ikut membantu kami untuk menyajikan data berkualitas.

Dapatkan:

Akses Data Stories premium
Kenyamanan membaca tanpa iklan
Unduh data dalam format XLS, PDF, dan gambar/image
Akses ke informasi sumber data

Lihat lebih lengkap

Basic

~~Rp100.000~~

Rp50.000/bulan

Professional

~~Rp100.000~~

Rp150.000/bulan

Institutional Untuk organisasi

Hubungi Kami

Kami menerima pembayaran berikut:

Beberapa metode pembayaran masih dalam proses aktivasi.

Persentase Murid yang Mengalami Perundungan (Bully) 2018

Unduh

Sumber

A Font Kecil
A Font Sedang
A Font Besar

Data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) 2018 menunjukkan murid yang mengaku pernah mengalami perundungan (bullying) di Indonesia sebanyak 41,1%.

Angka murid korban bully ini jauh di atas rata-rata negara anggota OECD yang hanya sebesar 22,7%. Selain itu, Indonesia berada di posisi kelima tertinggi dari 78 negara sebagai negara yang paling banyak murid mengalami perundungan.

Dikutip dari Detiknews.com, Wakil Ketua Komisi X Abdul Fikri Faqih menilai perundungan terjadi karena adanya masalah fisik, terutama untuk murid yang memiliki kebutuhan khusus.

(Baca: Inilah Negara dengan Angka Bunuh Diri Tertinggi di Dunia)

Selain mengalami perundungan, murid di Indonesia mengaku sebanyak 15% mengalami intimidasi, 19% dikucilkan, 22% dihina dan barangnya dicuri. Selanjutnya sebanyak 14% murid di Indonesia mengaku diancam, 18% didorong oleh temannya, dan 20% terdapat murid yang kabar buruknya disebarkan.

Editor : Safrezi Fitra