Pengeluaran untuk sabun mandi di Kota Pekalongan pada tahun 2024 tercatat sebesar Rp 55.689 per kapita per bulan. Informasi ini seperti data yang diolah dari data Susenas oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi kenaikan sebesar 5,4 persen.
Pengeluaran untuk sabun mandi ini merupakan bagian kecil dari total pengeluaran masyarakat Kota Pekalongan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk aneka barang dan jasa mencapai Rp 289.057.
Secara historis, pengeluaran untuk sabun mandi di Kota Pekalongan mengalami fluktuasi. Sempat mengalami kenaikan signifikan pada tahun 2021 sebesar 56,2 persen, kemudian mengalami penurunan pada tahun 2022 dan 2023. Tahun 2021 menjadi tahun pengeluaran tertinggi.
Total pengeluaran masyarakat Kota Pekalongan juga menunjukkan perkembangan. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan untuk makanan jadi mencapai Rp 341.983, menunjukkan bahwa konsumsi makanan jadi cukup tinggi di kota ini.
Dibandingkan dengan kabupaten/kota lain di Jawa Tengah, Kota Pekalongan berada di peringkat 16 dalam hal pengeluaran untuk sabun mandi tahun 2024. Peringkat ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sabun mandi di Kota Pekalongan relatif sedang dibandingkan daerah lain di provinsi ini. Secara nasional, Kota Pekalongan berada di peringkat 306.
Berdasarkan data BPS, beberapa kabupaten/kota lain di Jawa Tengah memiliki nilai pengeluaran sabun mandi tahun 2024 yang lebih tinggi dari Kota Pekalongan. Misalnya, Kota Semarang dengan nilai Rp 92.921 dan Kota Salatiga dengan nilai Rp 89.800. Pertumbuhan pengeluaran sabun mandi di Kota Semarang mencapai 15,6 persen, sementara Kota Salatiga mengalami penurunan sebesar 1,9 persen. Kabupaten Pati memiliki nilai Rp 69.132 dengan penurunan -14.2. Kabupaten Karanganyar memiliki nilai Rp 68.738 dengan pertumbuhan 8.1. Kabupaten Klaten memiliki nilai Rp 68.553 dengan pertumbuhan 16.8.
Rata-rata pengeluaran sabun mandi dalam tiga tahun terakhir (2022-2024) adalah Rp 56.236,33. Nilai ini sedikit lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir (2020-2024) yang sebesar Rp 57.797,8. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran untuk sabun mandi cenderung stabil dalam beberapa tahun terakhir.
Secara keseluruhan, data pengeluaran sabun mandi di Kota Pekalongan menunjukkan fluktuasi dengan kenaikan tertinggi tahun 2021 dan sedikit penurunan pada tahun 2022 dan 2023, namun kembali menguat di tahun 2024. Pengeluaran ini masih berada di bawah rata-rata beberapa kota lain di Jawa Tengah.
Kota Semarang
Pada tahun 2024, Kota Semarang mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 1.322.997. Hal ini menempatkan Kota Semarang pada peringkat pertama di antara kabupaten/kota di Provinsi Jawa Tengah. Dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 1.175.466, terjadi pertumbuhan signifikan sebesar 12,6 persen. Angka ini menunjukkan bahwa konsumsi bukan makanan di Kota Semarang mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Kota Salatiga
Kota Salatiga berada di peringkat kedua dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 1.315.195 pada tahun 2024. Meskipun berada di posisi yang tinggi, Kota Salatiga justru mengalami penurunan turun 14,4 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1.536.477. Penurunan ini cukup kontras dibandingkan dengan pertumbuhan positif yang dialami oleh Kota Semarang.
Kota Magelang
Dengan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 980.996 pada tahun 2024, Kota Magelang menduduki peringkat ketiga di antara kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 963.451, terjadi pertumbuhan kecil sebesar 1,8 persen. Meskipun pertumbuhannya tidak terlalu besar, Kota Magelang tetap menunjukkan stabilitas dalam pengeluaran bukan makanan.
Kota Surakarta
Kota Surakarta mencatatkan rata-rata pengeluaran per kapita sebulan bukan makanan sebesar Rp 942.391 pada tahun 2024, menempatkannya di peringkat keempat di antara kabupaten/kota di Jawa Tengah. Dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp 978.669, terjadi penurunan turun 3,7 persen. Penurunan ini menunjukkan adanya perubahan prioritas konsumsi di Kota Surakarta.