Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah pasar tanpa bangunan di Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 89 unit pada tahun 2024. Data historis menunjukkan bahwa jumlah ini mengalami fluktuasi dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2014 tercatat 155 unit, kemudian menurun drastis menjadi 39 unit pada tahun 2018. Setelah itu, terjadi peningkatan menjadi 73 unit (2019), 76 unit (2020), dan 86 unit (2021) sebelum akhirnya mencapai 89 unit di tahun 2024. Artinya, jika dibandingkan tahun sebelumnya, terjadi pertumbuhan positif sebesar 3,49%.
Pertumbuhan 3,49% pada tahun 2024 menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan tahun 2020 yang hanya tumbuh 4,11% dan tahun 2021 dengan pertumbuhan 13,16%. Namun, pertumbuhan ini masih jauh di bawah pertumbuhan tahun 2019 yang mencapai 87,18%. Rata-rata pertumbuhan selama 5 tahun terakhir (2019-2024) adalah sekitar 27%, sehingga pertumbuhan tahun 2024 tergolong lebih rendah. Penurunan terendah terjadi pada tahun 2018 dengan pertumbuhan -74,84%, sebuah anomali yang perlu diinvestigasi lebih lanjut penyebabnya.
(Baca: Youtuber Terpopuler Bulan Ini 01 Nov 2025)
Ranking Kepulauan Bangka Belitung untuk jumlah pasar tanpa bangunan di Pulau Sumatera berada di posisi ke-9 pada tahun 2024. Secara nasional, Kepulauan Bangka Belitung berada di peringkat ke-22. Nilai ini relatif stabil dalam 5 tahun terakhir, di mana ranking nasional selalu berada di kisaran 22-28. Data ini menunjukkan bahwa dibandingkan dengan provinsi lain di Sumatera, Kepulauan Bangka Belitung memiliki jumlah pasar tanpa bangunan yang relatif sedikit.
Kenaikan tertinggi dalam periode historis terjadi pada tahun 2019 dengan penambahan sebanyak 34 unit pasar tanpa bangunan. Sebaliknya, penurunan paling signifikan terjadi pada tahun 2018 dengan pengurangan sebanyak 116 unit. Fluktuasi ini mengindikasikan adanya dinamika yang cukup besar dalam perkembangan pasar tradisional di Kepulauan Bangka Belitung. Perlu dilakukan analisis lebih mendalam untuk memahami faktor-faktor yang memengaruhi dinamika ini.
Anomali terjadi pada tahun 2018 dengan penurunan tajam. Jika dibandingkan dengan rata-rata 3 tahun sebelumnya (2014, 2018, 2019), penurunan ini sangat signifikan. Rata-rata jumlah pasar tanpa bangunan pada periode tersebut adalah sekitar 82 unit, sementara pada tahun 2018 hanya 39 unit. Hal ini memerlukan perhatian khusus dari pemerintah daerah untuk mengidentifikasi penyebab penurunan dan mengambil langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi pasar tradisional.
Nusa Tenggara Timur
Nusa Tenggara Timur (NTT) menempati peringkat ke-2 di Pulau Nusa Tenggara dan Bali dengan jumlah 59 unit pasar tanpa bangunan. Angka ini menunjukkan pertumbuhan yang positif sebesar 4.55%. Meskipun begitu, nilai ini sedikit lebih rendah dibandingkan rata-rata pertumbuhan selama lima tahun sebelumnya, yang mencapai sekitar 7%.
(Baca: Harga Telur Ayam Ras Segar di Pasar Modern Periode November 2024-2025)
DKI Jakarta
DKI Jakarta berada di posisi ke-5 di Pulau Jawa dengan jumlah 61 unit pasar tanpa bangunan. Angka ini mengalami peningkatan sebesar 12.96%. Peningkatan ini cukup signifikan dan menunjukkan adanya upaya pengembangan pasar tradisional di wilayah DKI Jakarta.
Bali
Bali menempati posisi ke-3 di Pulau Nusa Tenggara dan Bali dengan jumlah 73 unit pasar tanpa bangunan. Bali mengalami pertumbuhan 7.35%. Pertumbuhan ini terbilang moderat dan mencerminkan kondisi pasar tradisional yang stabil di Bali.
Sulawesi Tengah
Sulawesi Tengah berada di peringkat ke-2 di Pulau Sulawesi dengan jumlah 103 unit pasar tanpa bangunan. Wilayah ini menunjukkan pertumbuhan 4.04%. Pertumbuhan tersebut menunjukkan bahwa pasar tradisional di Sulawesi Tengah terus berkembang meskipun tidak terlalu signifikan.
Kalimantan Barat
Kalimantan Barat menduduki peringkat ke-4 di Pulau Kalimantan dengan total 105 unit pasar tanpa bangunan. Meskipun berada di posisi tengah, Kalimantan Barat mengalami penurunan turun 7.89%. Penurunan ini perlu menjadi perhatian khusus agar tidak berlanjut di tahun-tahun mendatang.
Papua Tengah
Papua Tengah berada di posisi ke-2 di Pulau Papua dengan jumlah 115 unit pasar tanpa bangunan. Wilayah ini mengalami peningkatan sebesar 110%. Peningkatan ini sangat signifikan dan menunjukkan adanya perhatian terhadap pengembangan pasar tradisional di Papua Tengah.